Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan proyek kereta cepat Jakarta - Surabaya akan menggunakan narrow gauge railway atau rel sempit sebagaimana yang diinginkan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan proyek itu diharapkan bisa dimulai pada tahun ini dan selesai pada 2019.
"Harapannya itu segera dimulai tahun ini dan Pak Luhut [Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman] hanya mengarahkan ada potensi-potensi dana dari swasta dari beberapa negara, di antaranya Jepang, yang bisa digunakan," kata Budi pada Senin (29/1/2018).
Dalam hal ini, untuk skema pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, Budi menuturkan tidak akan membebani APBN. Bahkan diharapkan pembangunan proyek tersebut tidak akan menggunakan anggaran negara atau non-APBN dengan memanfaatkan dana swasta. Untuk memanfaatkan dana itu, nantinya pemerintah membentuk otoritas khusus.
Menurut Budi, opsi pendanaan dan pembentukan otoritas tersebut diusulkan oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
"Beliau mengatakan ada potensi dana swasta di beberapa negara di antaranya Jepang yang bisa digunakan tanpa melibatkan APBN dan sering digunakan negara lain, konsep ini akan dilihat."
Kehadiran kereta cepat Jakarta - Surabaya diharapkan bisa memangkas waktu tempuh menjadi 5 jam sampai 5,5 jam.
Sebelumnya, proyek tersebut rencananya dibangun dengan menggunakan pinjaman dari Jepang.
Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan pernah mengatakan saat ini pemerintah terus melakukan studi proyek tersebut. Dia menargetkan studi proyek tersebut selesai Maret 2018 ini.
Di sisi lain, Budi menjelaskan untuk studi kelayakan sendiri diharapkan bisa selesai pada kuartal I/2018.
"Feasibility study-nya Maret ini selesai dan kita rencananya kalau semua sudah selesai cepat, tahun ini [pembangunan dimulai]," paparnya.