Bisnis.com, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mencatatkan penurunan laba bersih tidak audit sebesar 24% menjadi US$2,41 miliar dibandingkan dengan 2016. Kenaikan harga Indonesia Crude Price menjadi pemicu utama penurunan keuntungan perusahaan pelat merah tersebut.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, laba bersih perseroan tertekan oleh kenaikan harga minyak karena harga bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Solar yang tidak berubah sampai Maret 2018.
"Laba bersih kami pun memang cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun karena harus menyesuaikan dengan perkembangan harga minyak," ujarnya dalam rapat dengar pendapat pada Senin (29/1).
Elia pun menuturkan, tren kenaikan harga minyak itu membuat perseroan juga lebih menenkankan efisiensi dengan menekan belanja operasional sepanjang tahun lalu.
"Kami menekan biaya operasional sebesar 26% pada 2017 dibandingkan dengan 2016 seiring dengan kenaikan harga minyak dunia, sedangkan harga BBM Premium dan Solar masih belum berubah," ujarnya.
Dia juga menuturkan, data kinerja 2017 yang dipaparkan pada hari ini masih bersifat tidak audit.
Baca Juga
"Kami masih proses data kinerja yang audit, kami akan paparkan kinerja audit pada 14 Februari 2018," tuturnya.