Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah akan menggunakan pendekatan multiskateholders untuk menjalankan revitalisasi industri kakao Indonesia agar kinerja sektor ini berkontribusi lebih optimal bagi perekonomian.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berkerja sama dengan Kementerian Pertanian telah memfasilitasi kunjungan delefasi Internasional Cocoa Organization (ICCO). Ditjen Kerja Sama Multilateral Kemenlu menyelenggarakan multistakeholders meeting pada Selasa (23/1/2018).
Selain dihadiri pihak pemerintah dan kelompok masyarakat madani, pihak swasta – seperti Cargill, Nestle, Mayora, PT. PP London Sumatra Tbk, dan BT Cocoa – juga hadir dalam pertemuan itu. Selain itu ada pula Direktur Eksekutif International Pepper Community (IPC) dan Asian Pacific Coconut Community (APCC).
Dirjen Kerja Sama Multilateral Kemenlu Febrian A. Ruddyard mengatakan, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan ICCO untuk mencari langkah revitalisasi industri kakao.
“Selain itu, kita juga telah membicarakan mengenai proyek kerja sama penangangan hama kakao. Kita harapkan manfaat dari proyek ini akan langsung dirasakan oleh petani skala kecil,” ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenlu, Rabu (24/1/2018).
Kakao merupakan komoditas pertanian yang strategis bagi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, 97% dari total produksi nasional kako berasal dari petani skala kecil yang berjumlah 1,7 juta orang.
Indonesia sendiri tercatat sebagai penghasil kakao terbesar di Asia dan ketiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Pada 2017, Kementerian Pertanian mencatat produksi kakao Indonesia berada di angka 650.000 ton.
Namun, industri kakao tengah menghadapi tantangan internal maupun eksternal. Di pasar internasional. Komoditas kakao tengah mengalami harga cukup tajam hingga 52% (year on year) pada 2017.
Selain penurunan harga kakao di pasar global, industri kakao juga terancam oleh serangan hama, penuaan tanaman cokelat yang membutuhkan peremajaan, rendahnya akses petani skala kecil untuk pinjaman modal, serta pengetahuan petani terkait pemasaran produk.
Direktur Eksekutif ICCO, Jean-Marc Anga mengungkapkan kebijakan revitalisasi industri kakao Indonesia dapat disandarkan beberapa utama yakni promosi konsumsi kakao, diversifikasi, serta pemrosesan kakao di negara asal untuk meningkatkan nilai tambah.
“Adapun, penyusunan Rencana Kakao Nasional berdasarkan pengetahuan tentang sumber daya kakao setempat,” ujarnya.