Bisnis.com, JAKARTA— Penaikan harga beras medium yang mencapai level Rp11.500 merupakan respon pasar atas minimnya ketersediaan bahan pokok tersebut dan hal ini bisa berlanjut hingga Februari bahkan Maret 2018.
Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa. Menurutnya, angka Rp11.500 yang timbul di pasar belakangan ini merupakan harga keseimbangan pasar yang terbentuk akibat minimnya suplai dan tidak sesuainya data ketersediaan beras yang dimiliki pemerintah dengan kondisi aktual di lapangan.
“Itu harga keseimbangan pasar yang terbentuk. Sekarang sudah di atas Rp11 ribu. Saya kan juga barusan ke daerah daerah, laporan-laporan dari daerah juga sama, kota kota kecil saja sekarang harga beras sudah Rp11 ribu-Rp12 ribu,” Ungkap Dwi ketika dihubungi Bisnis, Rabu (10/12/2018).
Bahkan, menurutnya, di sejumlah daerah, harga beras medium telah mencapai level Rp12 ribu. Tingginya harga keseimbangan pasar yang terbentuk saat ini, kata Dwi terjadi karena kesalahan perhitungan oleh pemerintah, khususnya keyakinan bahwa pasokan beras yang memadai bahkan berlebih di 2017.
Salah perhitungan ini, katanya Dwi, membuat pemerintah salah menerapkan strategi dan hampir tidak bisa berbuat banyak untuk menurunkan kembali harga beras hingga Februari atau bahkan Maret nanti.
“Pemerintah, dalam hal ini, tetap berkeyakinan dengan klaim Menteri Pertanian yang menurut saya sudah ngawur saja, gitu kan, bahwa terjadi surplus,” katanya.
Karena saat ini tak banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah, Dwi bahkan memperkirakan bahwa penaikan harga beras akan terus terjadi hingga Maret nanti. Harga beras, katanya akan mencapai puncak tertinggi hingga di level Rp12 ribu per kilogram pada Maret nanti sebelum akhirnya akan mereda pada April.
Kendati turun, harga beras pada April nanti menurutnya tidak akan bisa mencapai level Rp9.450 sesuai harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah saat ini tetapi tak pula mencapai harga Rp10.000.
“ Enggak akan pernah, nonsense itu bisa sampai segitu Rp9.450. Harga beras pasti akan di level di atas itu. Ya 10 ribu kurang lah , tidak sampai 10 ribu,” prediksinya.
Kendati bisa dipastikan akan terjadi penurunan harga pada April karena efek Panen Raya, hal ini katanya tidak akan bertahan lama jika pemerintah tidak segera memperbaiki data ketersediaan beras di lapangan.
Menurutnya, pemerintah perlu mencari second opinion terkait data ketersediaan pangan di lapangan dan tidak hanya berpatok pada data yang disediakan kementerian atau badan terkait saja guna bisa mengambil keputusan dan langkah antisipasi yang tepat agar ketersediaan dan harga beras bisa terus dikendalikan.