Bisnis.com, BANDA ACEH — Pemerintah Provinsi Aceh berharap agar pasokan listrik bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di wilayah itu. Dengan pasokan listrik yang mencukupi, jumlah investor yang datang ke daerah Serambi Mekkah itu pun bakal semakin banyak.
Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan bahwa ketersedian pasokan listrik menjadi salah satu faktor yang mendorong investor masuk ke wilayah tersebut.
"Kalau cadangan listrik di Aceh semakin besar, harapannya bisa mendorong investor yang masuk bisa lebih banyak," katanya.
Beban puncak listrik di Aceh saat ini sebesar 374 megawatt (MW), tetapi pasokan yang tersedia hanya 300 MW. Defisit listrik di Aceh dialirkan dari
Sumatra Utara sebesar 70 MW—90 MW.
Namun, jarak antara Sumatra Utara dan Aceh yang jauh membuat tegangan listrik menjadi turun dari seharusnya 150 kilovolt (kV) menjadi 141 kV.
Kepala Divisi Operasi Regional Sumatra PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Supriyadi mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong cadangan listrik di Aceh terus bertambah.
"Beberapa tahun ke depan, rencananya akan ada tambahan sekitar 2.000 MW. Jadi, akan ada cadangan yang cukup besar sehingga kalau ada investor mau masuk ke Aceh enggak usah pusing bikin pembangkit karena kami sudah siapkan," ujarnya.
Saat ini, rasio elektrifikasi di Aceh sudah mencapai 97% dan tinggal tersisa 12 desa yang belum teraliri listrik, sedangkan 6.000 desa sudah teraliri listrik.
PT Pembangkitan Jawa Bali, anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), menggelontorkan investasi Rp1,67 triliun untuk membangun pembangkit bergerak atau mobile power plant berbahan bakar gas dengan total kapasitas 150 megawatt di Banda Aceh, Aceh.
Bisnis.com, BANDA ACEH — Pemerintah Provinsi Aceh berharap agar pasokan listrik bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di wilayah itu. Dengan pasokan listrik yang mencukupi, jumlah investor yang datang ke daerah Serambi Mekkah itu pun bakal semakin banyak.
Wakil Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan bahwa ketersedian pasokan listrik menjadi salah satu faktor yang mendorong investor masuk ke wilayah tersebut.
"Kalau cadangan listrik di Aceh semakin besar, harapannya bisa mendorong investor yang masuk bisa lebih banyak," katanya.
Beban puncak listrik di Aceh saat ini sebesar 374 megawatt (MW), tetapi pasokan yang tersedia hanya 300 MW. Defisit listrik di Aceh dialirkan dari
Sumatra Utara sebesar 70 MW—90 MW.
Namun, jarak antara Sumatra Utara dan Aceh yang jauh membuat tegangan listrik menjadi turun dari seharusnya 150 kilovolt (kV) menjadi 141 kV.
Kepala Divisi Operasi Regional Sumatra PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Supriyadi mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong cadangan listrik di Aceh terus bertambah.
"Beberapa tahun ke depan, rencananya akan ada tambahan sekitar 2.000 MW. Jadi, akan ada cadangan yang cukup besar sehingga kalau ada investor mau masuk ke Aceh enggak usah pusing bikin pembangkit karena kami sudah siapkan," ujarnya.
Saat ini, rasio elektrifikasi di Aceh sudah mencapai 97% dan tinggal tersisa 12 desa yang belum teraliri listrik, sedangkan 6.000 desa sudah teraliri listrik.
PT Pembangkitan Jawa Bali, anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), menggelontorkan investasi Rp1,67 triliun untuk membangun pembangkit bergerak atau mobile power plant berbahan bakar gas dengan total kapasitas 150 megawatt di Banda Aceh, Aceh.