Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor Jepang tumbuh untuk bulan kedua belas berturut-turut pada November, ditopang permintaan eksternal yang memacu rangkaian terpanjang pertumbuhan ekonomi negeri tersebut sejak tahun 1990an.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Keuangan Jepang, ekspor negeri sakura naik 16,2% pada November dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Raihan ini lebih besar daripada prediksi untuk kenaikan 14,7%.
Adapun kinerja impor naik 17,2%, di bawah prediksi untuk kenaikan 18%. Dengan demikian, surplus perdagangan pada November mencapai nilai 113,4 miliar yen (US$1 miliar), dibandingkan dengan prediksi untuk defisit senilai 40 miliar yen.
Pemulihan ekspor selama satu tahun telah memacu Jepang, mendorong rekor laba, serta meningkatkan belanja modal selama ekspansi ekonomi terpanjang sejak pertengahan 1990an.
Sementara itu, keyakinan di antara manufaktur besar di Jepang telah mencapai level tertinggi dalam satu dekade, sentimen juga meningkat bahkan di antara perusahaan-perusahaan berskala kecil.
“Kami perkirakan ekspor akan tetap kuat ke depannya,” ujar Yuichiro Nagai dan Yukito Funakubo dari Barclays Securities, dalam riset mereka sebelum rilis data tersebut. Menurut mereka, kinerja kuat ekspor akan ditopang sentimen global yang membaik.
Ekspor Jepang ke Amerika Serikat (AS) naik 13% pada November, ekspor ke Uni Eropa naik 13,3%, sedangkan ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, menanjak 25,1% dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
"Kenaikan pada harga minyak telah mendorong naik nilai impor," kata Yoshimasa Maruyama, ekonom SMBC Nikko Securities Inc., sebelum rilis data perdagangan tersebut seperti dikutip dari Bloomberg.
Menurut Maruyama, ekspor akan mempertahankan momentum baiknya serta berkontribusi terhadap pertumbuhan kuartal selanjutnya pada tiga bulan terakhir tahun ini.