Bisnis.com,JAKARTA -- Indonesia menggandeng Prancis dalam mengembangakan energi baru terbarukan karena perusahaan negara tersebut mampu dalam menerapkan efisiensi.
Ada tiga proyek pembangkit listrik yaitu dua pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan satu pembangkit liatrik tenaga bayu (PLTB).
Pengamat Kelistrikan, Direktur Eksekutif Institute Essential for Service Reform Fabby Tumiwa mengatakan, kerja sama tersebut dapat menghasilkan efisiensi karena dari hassil kerja sama itu akan mendapatkan pinjaman dengan rate yang rendah.
"Sepertinya Aquo dapat pendanaan dengan interest rate yang cukup rendah. Sehingga mereka bisa menjual harga listrik yang sesuai dengan ketetapan Kementerian ESDM," katanya saat dihubungi bisnis, Senin (11/12/2017).
Selain itu, lanjutnya, Prancis memang tengah mendorong perusahaan-perusahannya di sektor energi baru terbarukan secara global.
Menurutnya, proyek pembangkit di atas adalah proyek lama yang sudah melakukan memorandum of understanding (MoU) dengan PLN, beberapa waktu lali. Setelah penandatanganan LoI, selanjitnyaakan masuk dalam tahap power purchase agreement, kemudian tahap financial close dan konstruksi.
Adapun dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026, pemerintah menargetkan pembangunan pembangkit listrik dari energi ramah lingkungan mencapai 21.600 MW.
Pembangkit itu terdiri dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA)sebesar 14.100 MW, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 6.300 MW, dan pembangkit lain, seperti PLTB dan PLTS, dan lainnya sebesar 1.200 MW.