Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan tambang batu bara dalam negeri yang berkalori tinggi, lebih memilih mengekspor batu baranya ke luar negeri seperti Jepang dan Korea Selatan karena pasar domestik tidak mampu menyerap batu bara yang berkhualitas tinggi itu.
Seperti perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS) yang memiliki lokasi tambang di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Nilai kalori batu baranya mencapai 5.100 kcal per kg-6.400 kcal per kg.
Komisaris BOSS Johannes Halim mengatakan, pasar domestik batu bara di dalam negeri didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Namun, umumnya spesifikasi PLTU di Indonesia, seperti ketel uap (boiler) tidak mampu mengolah batu bara berkalori tinggi, meski batu bara kalori tinggi memiliki khualitas pembakaran yang baik dan lebih ramah lingkungan.
“Makanya, BOSS lebih baik mengekspor saja. Ada beberapa negara ekspor kita itu, seperti Jepang, Korea Selatan, Filipina dan lainnya,” katanya saat mengunjungi harian Bisnis Indonesia, Kamis (7/12).
Produksi ‘’emas hitam’ perusahaan yang akan melantai di bursa efek tersebut mencapai 500.000 ton per tahun dan tahun depan akan ditingkatkan menjadi 800.000 ton per tahun. Tujuan ekspor mereka paling besar ke Jepang, disusul beberapa negara lain, seperti Korea Selatan dan Filipina.