Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah jutawan secara global telah meningkat sebesar 170% sejak tahun 2000 di mana telah bertambah 23,9 juta 'jutawan baru'. Temuan itu terungkap dalam Data Global Wealth Report 2017 yang dipublikasikan Credit Suisse Research Institute.
Sementara jumlah individu dengan nilai kekayaan sangat tinggi (UHNWI, orang-orang yang memiliki kekayaan di atas US$50 juta) telah meningkat lima kali lipat, membuat mereka menjadi kelompok pemegang kekayaan yang paling cepat tumbuh sejauh ini.
"Komposisi segmen jutawan berubah dengan cepat. Pada tahun 2000 sebanyak 98% jutawan terkonsentrasi pada negara-negara berpenghasilan tinggi. Sejak saat itu, telah bertambah 23,9 juta 'jutawan baru' yang mana 2,7 juta (12% dari total jutawan baru) di antaranya berasal dari negara berkembang," ungkap Urs Rohner, Kepala Credit Suisse Research Institute dan Kepala Dewan Direksi Credit Suisse Group dalam publikasi riset yang diterima Bisnis.com, Rabu (23/11/2017).
Transformasi ini bahkan lebih luar biasa di segmen UHWNI. Ekonomi berkembang menyumbang 6% dari segmen ini pada tahun 2000, namun sejak saat itu telah mendatangkan 22% pertumbuhan UHNWI (24.500 orang dewasa). Tiongkok sendiri menambahkan sekitar 17.700 orang dewasa—15% dari UHNWI baru di dunia.
Dari tahun 2016 sampai 2017, jumlah jutawan secara global tumbuh 7% atau 2,3 juta orang menjadi 36 juta orang, dengan pertumbuhan terbesar berasal dari AS, negaranegara Eropa Barat (Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia) dan juga pasar kekayaan utama dan negara maju di Asia.
Di wilayah tersebut, jumlah jutawan Australia bertambah 202.000 orang menjadi 1,2 juta orang, jutawan Tiongkok bertambah 138.000 menjadi dua juta orang, dan jutawan Taiwan bertambah 58.000 orang menjadi 381.000 orang.
Sementara jumlah jutawan di Asia Pasifik tumbuh 3% pada tahun 2017, di tingkat atas piramida kekayaan, di wilayah ini terjadi pertumbuhan tercepat secara global dari segi jumlah UHNWI (pertumbuhan 18% menjadi 37.420) dan miliarder (24% menjadi 910) pada pertengahan tahun 2017.
PROSPEK 5 TAHUN
Menurut laporan tersebut, kekayaan global akan terus tumbuh pada laju yang sama dengan lima tahun terakhir di 3,9% menjadi Rp341 triliun pada tahun 2022, meskipun lajunya lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, yaitu 5,4%.
Negara ekonomi berkembang diperkirakan akan menghasilkan kekayaan yang lebih cepat dari negara-negara maju namun lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, dan kemungkinan akan mencapai 22% pangsa kekayaan global pada tahun 2022. Tidak mengherankan bahwa kontribusi terkuat diharapkan dari Tiongkok, diperkirakan sekitar Rp10 triliun
atau peningkatan sebesar 33%.
Kekayaan non-finansial akan sedikit melampaui kekayaan finansial sekitar 1% per tahun dalam lima tahun ke depan. Kredit juga diharapkan tumbuh lebih cepat dari pada kekayaan finansial dan non-finansial di tahun-tahun mendatang setelah periode stabilitas di antara tahun 2007 dan 2010. Utang rumah tangga diperkirakan akan meningkat sebesar 37% dalam lima tahun ke depan menjadi 15% dari aset kotor.
Prospek segmen jutawan terlihat optimis dan diperkirakan akan meningkat sebesar 22% (4% per tahun) dari 36 juta orang saat ini menjadi 44 juta di tahun 2022; di dalamnya, segmen UHNWI cenderung meningkat sebesar 30% (5,5% per tahun) atau 45.000 menjadi 193.000 orang dalam lima tahun.
Kekayaan di Asia Pasifik diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,3% per tahun atau 29% sehingga mencapai USD115 triliun pada tahun 2022, dengan pertumbuhan tercepat berasal dari negara-negara berkembang seperti India (7,5% per tahun), Indonesia (8,7% per tahun), dan Filipina (9,4% per tahun).
Di Asia Pasifik, jumlah jutawan diperkirakan akan meningkat sebesar 7,2% per tahun menjadi 11,7 juta pada tahun 2022, sementara segmen UHNW diperkirakan akan bertambah sekitar 52.000 orang dengan laju 6,8% per tahun.