Bisnis.com, JAKARTA— Dari riset dan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata, wisatawan mancanegara asal China menduduki peringkat pertama dari sisi kuantitas kunjungan hingga konsumsinya saat berlibur di Indonesia.
“China masuk di ranking pertama dari sisi pertumbuhan [sustainability], konsumsi [spending], dan size [ukuran]. Berdasarkan data kami, profil wisman China tidak jelek karena pertumbuhannya sudah mencapai 40% dan konsumsinya senilai US$1.100,” kata Menteri Arief Yahya kepada Bisnis Indonesia, tak lama ini.
Dia mengemukakan konsumsi wisman asal China senilai US$1.100 memang tergolong lebih rendah dibandingkan wisman Eropa karena masa tinggal mereka lebih singkat yakni tidak sampai 7 hari.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisman sepanjang Januari-September 2017 mencapai 10,46 juta atau naik 25,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada periode ini, wisatawan asal China menmepati posisi pertama sebagai wisman terbanyak mencapai 1,61 juta, diikuti oleh Singapura 1,1 juta, Australia 918.957, Malaysia 885.412, dan Jepang 416.040.
Selain China, negara-negara yang menjadi incaran pemerintah untuk mendongkrak industri pariwisata Indonesia tahun depan antara lain Australia, Singapura, Malaysia, India, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Eropa.
Sementara itu, pengamat ekonomi Faisal Basri mengharapkan pemerintah mulai beranjak untuk mengejar peningkatan kualitas dari sisi konsumsi wisman dari kuantitas yang selama ini tengah diterapkan.
Pasalnya, data Bank Indonesia mencatat konsumsi per kapita terus menunjukkan penurunan sejak 2016 menjadi US$1.035 dari US$1.099 pada 2015. Sebaliknya, angka sementara pada 2017 senilai US$1.011.
“Selama dua tahun terakhir, pengeluaran wisman ketika berlibur di Indonesia terus turun. Secara kuantitas memang ada peningkatan kunjungan, tetapi secara kualitas justru pengeluaran mereka turun,” ucapnya.
Dia menilai penurunan pengeluaran wisman tersebut bersumber dari tingginya kunjungan wisman China selama dua tahun terakhir. Posisi China mulai merajai portofolio pariwisata Tanah Air sejak 2016, yang sebelumnya dipegang oleh Singapura.
Faisal merinci pengeluaran per kapita wisman China hanya US$900-US$1.000. Angka itu masih jauh di bawah wisman asal Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia yang rata-rata berada di angka US$1.000-US$2.000.
Tak hanya itu, periode menginap wisatawan asal China relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan wisman pada umumnya. Untuk itu dia menyarankan pemerintah melakukan diversifikasi pangsa pasar wisman dan tidak lagi tergantung pada pasar China.
“Harusnya strategi mulai diubah dengan membidik pasar Eropa, Australia, dan Jepang karena mereka terkenal sangat loyal ketika berlibur ke Indonesia. Dari segi deregulasi, saya rasa sudah cukup memfasilitasi turis untuk masuk ke Indonesia,” tukasnya.