Bisnis.com, JAKARTA - Selang setahun pasca-beredarnya Panama Paper, publik kembali dikejutkan dengan terungkapnya bocoran dokumen keuangan berskala luas atau yang disebut Paradise Paper.
Nama sejumlah orang ternama di Indonesia juga turut tercantum di Paradise Paper. Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan bahwa pihaknya akan menjalin kerja sama dengan sejumlah negara, jika dokumen tersebut mengarah pada kejahatan perpajakan.
“Jika itu ada hubungannya dengan perpajakan, ya kami akan gunakan kerja sama internasional,” kata Sri Mulyani di Kemenko PMK, Senin (6/11/2017).
Kementerian Keuangan akan melakukan pengecekan data Paradise Paper. Pengecekan tersebut bukan hanya karena isunya tengah mencuat, melainkan pemerintah merasa perlu melihat kembali laporan ini guna meningkatkan basis data perpajakan (tax based) Indonesia.
“Satu hal yang menjadi perhatian adalah memperkuat tax based indonesia. Tax based Indonesia terutama yang berasal dari high wealth individual itu adalah salah satu yang terus diperbaiki,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution enggan untuk berkomentar mengenai bocoran dokumen tersebut.
Baca Juga
Menurut Darmin, masalah perpajakan adalah kewenangan dari Direktorat Jenderal Pajak.
“Itu biar jadi urusan Dirjen Pajak saja,” kata Darmin.
Adapun sejumlah orang ternama asal Indonesia yang disebut dalam dokumen tersebut antara lain putra dan putri mantan Presiden Soeharto, yakni Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek Soeharto dan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto, serta Prabowo Subianto.
Dalam dokumen itu nama Tommy Soeharto tercatat pernah menjadi direktur dan bos Dewan Asia Market Investment, perusahaan yang terdaftar di Bermuda pada 1997 dan ditutup tahun 2000.
Konsorsium Jurnalis Investigatif juga melihat ada kesamaan alamat dengan perusahaan lain yang dimiliki Tommy, Asia Market dan V Power, di mana dua perusahaan itu terdaftar di Bahama.
Tommy turut membuka perusahaan patungan dengan rekannya dari Australia dengan kegiatannya berupa iklan jalan di Negara Bagian Victoria di Australia, Filipina, Malaysia, Myanmar, dan China.
Perusahaan itu ditutup di Bermuda pada 2003 dan berdasarkan data dari firma hukum di Bermuda, Appleby, perusahaan tersebut disebut sebagai pengemplang pajak.
Sementara itu, Mamiek Soeharto disebut sebagai Wakil Presiden Golden Spike Pasiriaman Ltd sekaligus pimpinan Golden Spike South Sumatera Ltd dengan rekannya Maher Algadri.
Nama Prabowo Subianto disebut pernah menjabat Direktur dan Wakil Pimpinan Nusantara Energy Resources yang kantornya berada di Bermuda. Perusahaan ini terdaftar pada 2001, kemudian ditutup pada 2004 dan menyandang status sebagai perusahaan penunggak utang. Prabowo juga disebut memiliki sebagian perusahaan Nusantara Energy Resources di Singapura yang merupakan bagian dari Nusantara Group.