Bisnis.com, JAKARTA- Hadi namanya, lelaki berusia 56 tahun ini sudah memulai karier di travelling sejak tahun 1993, mulai dari menjadi supir taksi hingga sampai saat ini menjadi supir travel. Di sela-sela mengemudi ia bercerita tentang pengalamannya.
Suatu ketika dirinya mendapatkan orderan selama 7 hari untuk menemani wisatawan mancanegara, seperti biasa ia berangkat untuk menjemput wisatawan tersebut, tak dinyana, ternyata wisatawan yang akan ia temani adalah pemain Argentina dari club FC Barcelona, Lionel Messi, yang jauh-jauh bertandang ke Padang, Sumatera Barat.
Ternyata ia hanya bertahan 3 hari saja di sini, dari estimasi perjalanan selama 7 hari. menurut Hadi, Padang belum cocok untuk wisatawan asing.
“Dia nggak bisa ketemu wiski di Bukittinggi terus dia nggak mau makan nasi, maunya roti tapi nggak ada roti. Rendang kan harus pakai nasi. Kalau makanan lokal itu dia takut,” celotehnya di Padang, Rabu (18/10).
Setelah 3 hari, Messi dan pasangannya langsung menuju bandara dan berpindah destinasi wisata ke Singapura. Hadi menuturkan banyak sekali pemain-pemain bola asing yang berkunjung ke Sumatra Barat, namun tidak bertahan lama.
Pengalaman lainnya, Hadi menemani turis asal Jepang di bulan Ramadan, turis itu kelaparan sampai Bukittinggi. Namun tak bisa menemukan makanan karena memang saat bulan puasa.
”Mereka nggak jual nasi, yang jual kopi juga nggak ada. Saya mintakan ke warung dijawab maaf pak saya puasa jadi saya tidak jualan. Akhirnya cuma bisa makan roti,” katanya.
Hadi mengatakan, banyak turis yang akhirnya tidak bertahan lama disini, selain karena kultur namun juga karena potensi alam yang ada tidak dikemas dengan baik.
“Soal sanitasi dan keadaan wisata alam juga kurang diperhatikan oleh pemerintah, begitu turis datang ke sini, lihat keadaan enggak mendukung, dia tidak balik lagi.”
PESONA ALAM
Pengembangan pariwisata di Sumatra Barat sangat gencar di gembor-gemborkan untuk para investor dan juga wisman, namun pariwisata juga masih dengan infrastruktur dan kultur ketimuran. Ini disebut-sebut sebagai salah satu penghambat meningkatnya jumlah wisatawan asing ke Indonesia
Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, selain gunung, Sumatra Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di Kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam.
Dengan luas mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar.
Sumatra Barat juga kaya akan keanekaragaman hayati, Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Terdapat juga dua Taman Nasional di Provinsi ini dan terdapat beberapa cagar alam lainnya sehingga berpotensi tinggi pada Pariwisata.
Ternyata memang, keadaan atau lingkungan sekitar potensi wisata bila tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah akan mengurangi pertumbuhan turis yang datang.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan bahwa potensi devisa dari sektor pariwisata diperkirakan mencapai Rp 260 triliun artinya sektor ini akan menjadi penghasil devisa terbesar bagi Indonesia dimasa-masa mendatang.
“Menyiapkan atraksi, amenitas (sarana dan prasarana), dan aksesibilitas menjadi prioritas kami. Terutama untuk 10 ‘Bali baru’ yang terhampar dari Danau Toba di Sumatera Utara hingga ke Morotai di Maluku Utara,” ungkapnya.
Arief menilai investasi diperlukan bagi sektor pariwisata karena hal tersebut tidak hanya menunjukkan kepercayaan dunia usaha terhadap pertumbuhan yang dicapai oleh sektor pariwisata, namun dapat menjadi game changer ditengah persaingan negara-negara untuk menarik wisatawan.
Adapun terkait kultur ketimuran, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno mengatakan, pantai-pantai di Sumatra Barat terbuka bagi para wisatawan asing mulai dari perilaku mereka hingga kebiasaannya.
“Jika ke Mentawai, seluruh wisatawan juga memakai bikini. Tapi itu di pulau. Jangan coba-coba berbikini di Pantai Padang, karena banyak masyarakat lokal,“ katanya.
Dia menambahkan, apabila daerah ingin tetap melakukan pengembangan kawasan wisata, perlu konsentrasi pada satu destinasi unggulan dan menghormati budaya lokal yang ada. “Di zona itu, kan dia mau pakai bikini,” ujarnya.
Catatan Pemprov Sumbar, hingga tahun 2016, jumlah hotel berbintang di Sumatra Barat terdapat 58 hotel dan 316 nonbintang. Total terdapat 374 hotel yang ada di Sumatra Barat. Angka ini masih sepertiga dari jumlah hotel di Nusa Tenggara Barat yang mencapai 900-an atau Bali yang memiliki 2.000-an hotel.
Jumlah kunjungan wisata di Sumatra Barat juga masih rendah. Tahun lalu saja, Sumbar hanya mampu menggaet 46.000 wisatawan, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 48.000 wisatawan. Kondisi ini yang membuat pemda mati-matian mencoba menarik investasi di sektor pariwisata
Hingga tahun 2019, pemerintah menargetkan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 20 juta orang pertahun, serta wisatawan nusantara berjumlah 275 juta orang. Dari sektor pariwisata tersebut pemerintah mengestimasi jumlah devisa yang dihasilkan mencapai Rp260 triliun.
Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kontribusi sektor pariwisata terus menunjukkan tren kenaikan yang positif, periode tahun 2013 tercatat mencapai US$602 juta atau berkontribusi sebesar 1,45% dari total investasi nasional, pada semester I 2017 mencapai US$929 juta atau 3,67% dari total investasi nasional. Artinya angka kontribusi yang dicapai bila dibandingkan dengan total investasi nasional kenaikannya mencapai 1,5 kali lipat.
Salah satu daerah yang diincar untuk dimasuki investor adalah Sumatra Barat, yang merupakan satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya.Wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Sumatera Barat juga kaya akan keanekaragaman hayati, Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Terdapat juga dua taman nasional di provinsi ini dan terdapat beberapa cagar alam lainnya sehingga berpotensi tinggi pada Pariwisata.
Selama 5 tahun terakhir sejak 2012-2016, wisatawan yang berkunjung Ke Sumatera Barat sebagian besar berasal dari Malaysia (78,5%) sejumlah 185,161 orang, diikuti Australia (4,4%) sejumlah 10,458 orang.
Namun, pertumbuhan wisatawan asing yang datang ke Sumatera Barat ini menunjukkan penurunan, pada tahun 2016 sebanyak 45.398 wisatawan, pada tahun 2015 sebanyak 48.755 wisatawan, pada tahun 2014 sebanyak 56.111 wisatawan.
Provinsi ini memiliki segala potensi untuk dijadikan poros pariwisata, namun mengapa jumlah wisatawan malah menurun?