Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong stakeholder sektor perkebunan untuk memaksimalkan potensi riset dan teknologi dalam upaya menghadapi sejumlah tantangan dewasa ini.
Dia juga menyarankan agar pelaku usaha perkebunan, seperti di sektor gula dan kelapa sawit, untuk melakukan joint research guna meningkatkan produktivitas tanaman secara efisien. Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden usai membuka World Plantation Conferences and Exhibition, Rabu (18/10/2017).
“Riset-riset perkebunan itu bisa digabung. Tidak perlu banyak anggaran pemerintah. Seperti dulu, riset Pasuruan itu dikumpul dari pabrik-pabrik gula,” katanya, Rabu (18/10/2017).
Wapres mengatakan tantangan yang dihadapi sektor perkebunan adalah peningkatan populasi yang juga menaikkan permintaan konsumen terhadap produk hasil perkebunan.
Di sisi lain, konversi lahan produktif juga terjadi untuk kebutuhan masyarakat lainnya, seperti perumahan, industri dan perkantoran. Ditambah, perubahan iklim yang jadi tantangan.
"Maka solusinya perbaikan teknologi, cuma itu saja. Dan kemudian perbaikan logistik. Perbaikan itu sangat penting," ujarnya.
Wapres mengatakan perubahan kondisi tersebut berdampak pada perubahan neraca perdagangan di sektor perkebunan.
Beberapa puluh tahun lalu, karena jumlah penduduk yang lebih sedikit dan hasil perkebunan yang melimpah, Indonesia dapat mengekspor sebagian besar hasil perkebunannya.
Namun, saat ini beberapa komoditas yang masih dihasilkan dari dalam negeri harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat tersebut.
"Dulu Indonesia dengan bangga mengekspor gula terbesar di dunia. Sekarang kita mengimpor gula, begitu juga yang lain - lain," katanya.
Dia melanjutkan, "Semua, dilema-dilema itu akan terjadi dan satu satunya yang bisa mengatasi semua itu adalah teknologi dan cara dan disiplin kita semua."
Oleh karena itu, Wapres mengatakan penting untuk stakeholder sektor perkebunan membentuk pusat riset dan memaksimalkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas hasil perkebunan.