Bisnis.com, JAKARTA — Setelah melakukan kesepakatan jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) pada 31 Januari 2017 oleh konsorsium Pertamina, Sojitz, dan Marubeni dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I segera memasuki babak baru.
Konsorsium bakal menuntaskan pendanaan atau financial close pada Maret 2018. Artinya, tahap konstruksi pembangkit listrik berbahan bakar gas itu bakal segera dimulai.
konsorsium PT Pertamina (Persero), Sojitz Corp., dan Marubeni Corporation memenangkan tender PLTGU Jawa I pada Oktober 2016, kemudian dilanjutkan ke tahap PPA pada 31 Januari 2017.
Direktur Pertamina Power Indonesia Ginanjar mengatakan bahwa rencana awal penuntasan pendanaan pada September 2018 bila menghitung penyelesaian perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) yang diteken dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Namun, dia menargetkan, penuntasan pembiayaan dipercepat, yaitu pada Maret tahun depan.
"Saya berharapnya dalam 6 bulan bisa financial close. Maret atau April bisa financial close," ujarnya usai menghadiri diskusi di Indonesia Gas Society, Senin (16/10).
Bila proyek mendapat kepastian pendanaan pada September 2018, dia menyebut, proyek bisa mulai beroperasi secara komersial pada 2021. Jika penuntasan pendanaan diperoleh pada Maret 2018, PLTGU Jawa I bisa mulai mengalirkan listrik pada 2020.
Menurutnya, porsi pinjaman dari perbankan sekitar 80% dari nilai total proyek. Pembangkit itu berkapasitas 1.760 megawatt (MW).
Sementara itu, konsorsium Pertamina telah memiliki calon penyuntik dana, yakni Japan Bank for International Coorporation (JBIC), Asian Development Bank (ADB) serta Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).
Pasokan gas akan didatangkan dari Kilang Tangguh Train III yang dioperatori BP dengan volume 16 kargo dan dapat ditambah hingga 22 kargo dengan kontrak 20 tahun yang mulai mengalir pada 2020.
Proyek ini merupakan pembangkit listrik pertama yang dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan dan regasifikasi (floating storage regasification unit/FSRU). FSRU berfungsi sebagai terminal penerimaan gas. PLN yang akan menyediakan gas dari Kilang Tangguh.
Pembangkit ini akan menyuplai listrik ke sistem pembangkitan Jawa—Bali sebesar ±8.409 GWh setiap tahun, dengan jangka waktu kontrak 25 tahun.
Proyek PLTGU Jawa I ini diperkirakan akan menelan total biaya sekitar US$1,8 miliar atau setara Rp24 triliun.
"COD [operasi komersial] jadi 2021. Awalnya kan 2020 makanya kalau kita bisa tarik di Maret, kita bisa masuk 2020," katanya.
Untuk pembangunan FSRU, katanya, akan dibangun dengan kapasitas sebesar 400 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Rencananya, sebanyak 60% dari kapasitas FSRU itu akan digunakan untuk PLTGU Jawa I, sedangkan sisanya akan digunakan Pertamina.
Namun, pemenuhan kebutuhan gas dari FSRU ke pembangkit sangat dinamis sehingga berapa porsi untuk sektor ketenagalistrikan masih dalam pembicaraan. "[Kapasitasnya] 400 MMscfd. Kalau misal ada space ya bisa [untuk kebutuhan lain]," kata Ginanjar.