Bisnis.com, JAKARTA - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I ditargetkan bisa mendapatkan kepastian pendanaan atau financial closing pada Maret 2018.
Ketua Konsorsium Pertamina, Sojitz, dan Marubeni, Ginanjar mengatakan rencana awal financial closing pada September 2018 bila menghitung penyelesaian transaksi penjualan listrik (power purchase agreement/PPA). Namun, dia menargetkan agar proses bisa dipercepat menjadi enam bulan sehingga financial closing pada Maret 2018.
"Saya berharapnya dalam enam bulan bisa financial close. Maret atau April bisa financial close," ujarnya usai menghadiri diskusi di Indonesia Gas Society, Senin (16/10/2017).
Bila proyek mendapat kepastian pendanaan pada September 2018, dia menyebut, proyek bisa mulai beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) pada 2021. Sementara, bila financial close dicapai pada Maret 2018, pada 2020 proyek bisa mulai mengalirkan listrik.
Melalui proyek PLTGU Jawa I, akan dibangun pembangkit kapasitas 1.760 megawatt (MW). Adapun konsorsium Pertamina telah memiliki calon penyuntik dana yakni Japan Bank for International Coorporation (JBIC), Asian Development Bank (ADB) serta Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).
Alokasi gas, didapat dari Kilang Tangguh Train III yang dioperatori BP dengan volume 16 kargo dan dapat ditambah hingga 22 kargo dengan kontrak 20 tahun yang mulai mengalir pada 2020.
Proyek ini merupakan proyek IPP PLTGU pertama yang dilengkapi dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU). FSRU berfungsi sebagai terminal penerimaan gas dimana gas akan disediakan oleh PLN. Pembangkit ini akan menyuplai energi listrik ke Sistem Jawa-Bali sebesar ±8.409 GWh setiap tahun, dengan jangka waktu kontrak 25 tahun. Proyek PLTGU Jawa I ini diperkirakan akan menelan total biaya sekitar US$ 1,8 miliar atau setara Rp24 triliun.
"COD jadi 2021. Awalnya kan 2020 makanya kalau kita bisa tarik di Maret, kita bisa masuk (COD) 2020," katanya.