Bisnis.com, GIANYAR—Komunitas perajin perhiasan diminta mengurus hak paten untuk melestarikan warisan budaya seni kerajinan perak khas Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata meminta para pengusaha dan perajin perhiasan perak membuat proteksi diri agar desain khas Celuk tidak ditiru dan diproduksi massal oleh perajin daerah lain.
“Desa Celuk yang dikenal dengan ‘silver village’ harus menjaga warisan budaya yang dulu sangat dikenal dengan perhiasan perak buatan tangan yang berkualitas,” katanya, Jumat (6/10/2017).
Bharata menegaskan klaim kerajinan perak khas Celuk perlu dilakukan untuk memberikan kebanggaan warga dan menjaga kelangsungan usaha seni kerajinan perak yang telah berjalan puluhan tahun.
Ia juga mengapresiasi rencana hajatan Celuk Jewellery Festival 2017 pada 13-15 Oktober yang akan menampilkan berbagai aktivitas seperti pameran perhiasan, fesyen, bazar kuliner, dan seminar bisnis. “Ini langkah bagus untuk menjaga kesinambungan usaha yang dijiwai kearifan lokal warisan para pendahulu,” katanya.
Ketua panitia festival I Ketut Widi Putra mengatakan seni kerajinan emas dan perak di Celuk diperkirakan mulai berkembang pada 1915. Peninggalan sejarah berupa berbagai perhiasan terbuat dari tatahan emas dan perak masih tersimpan di sejumlah pinisepuh desa.
Baca Juga
Selain itu, banyak terdapat peninggalan sejumlah perlengkapan upacara ritual yang berupa wadah air suci (tirta) dengan berbahan perak dengan hiasan khas ‘ukiran’ Celuk. Dia menyebut seni kerajinan perak ini mengantar Celuk sebagai destinasi wisata desa yang terkenal pada 1980-1990-an.
“Usaha kerajinan perak mulai surut awal tahun 2000-an, diperparah adanya bom 2002 dan 2005 yang membuat usaha perak berguguran. Semoga melalui festival Celuk bisa dipromosikan dan mampu bangkit kembali, ” katanya.
Jro Mangku Dedes, salah seorang pengusaha perak mengatakan daya saing perak Celuk turun akibat ketinggalan teknologi. “Produk dari China dan Thailand yang menggunakan mesin masuk ke pasaran dengan harga murah, kita terkena dampak,” ujarnya.
Penurunan produksi seni kerajinan Celuk, kata Jro Mangku Dedes, anjlok hingga 60%. Kualitas perhiasan perak buatan tangan perajin Celuk dikenal berkualitas tinggi, tapi kalah harga di pasaran. Apalagi, penetrasi pasar produk perak buatan mesin sangat atraktif melalui teknologi informasi dengan memanfaatkan media sosial.
Ia sepakat komunitas perajin Celuk untuk mempertahankan kekhasan bentuk atau motif kerajinan perak Celuk yakni jawan, bun, kembang gonda, dan liman paya. Keempat karakter khas seni kerajinan Cekuk ini diterapkan secara inovtif dalam setiap produk sejak puluhan tahun silam.
Ketua Dekranasda Kabupaten Gianyar Surya Adnyani Mahayastra mengatakan bahan baku dan modal bukan lagi kendala karena ada kredit usaha rakyat (KUR) yang bisa diakses dengan mudah, tapi para perajin menghadapi problem serius pemasaran.
Kata dia Dekranasda telah mengupayakan promosi dengan mengikuti berbagai pameran serta pelatihan dengan menggandeng instansi terkait. Ia juga mengajak perajin mengikuti tren kekinian untuk memasarkan melalui media sosial, makanya terkait festival akan dihadirkan narasumber berkompeten untuk seminar bisnis memanfaatkan kekuatan teknologi informasi untuk menaklukkan pasar.