Bisnis.com, JAKARTA - Masifnya pembangunan infrastruktur dinilai menjadi salah satu faktor naiknya indeks daya saing global Indonesia.
Berdasarkan laporan World Economic Forum, peringkat daya saing Indonesia secara global pada 2017-2018 menempati posisi ke-36 dari 137 negara, atau naik 5 tingkat dibanding periode sebelumnya pada posisi ke 41.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono menyatakan peningkatan indeks daya saing global itu juga diikuti oleh peningkatan daya saing infrastruktur dari peringkat 60 menjadi 52 pada periode ini.
"Berarti itu salah satu kontribusinya karena pembangunan infrastruktur, dibuktikan dengan daya saing infrastruktur yang juga naik 8 peringkat. Alhamdulillah yang kami kerjakan bisa berkontribusi," ujarnya.
Menurutnya, infrastruktur yang menjadi penilaian dalam laporan tersebut mencakup lima sektor, di mana tiga di antaranya dikerjakan oleh Kementerian PUPR seperti jalan dan jembatan, air, dan perumahan.
Meski demikian, pihaknya mengaku masih memiliki pekerjaan rumah yang besar terkait mengatasi ketimpangan sosial melalui penyediaan infrastruktur.
Oleh karena itu, saat ini pemerintah berupaya memeratakan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), pihaknya memetakan program pembangunan yang berbasis kebutuhan wilayah.
"Kita membangun perbatasan. Kalau di barat seperti Jawa dan Sumatera kan memang [sifatnya] peningkatan, tetapi kalau di timur kita membangun infrastruktur baru," ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya juga berupaya mengurangi ketimpangan melalui program penataan kawasan kumuh seperti program Kota Tanpa Kumuh (KotaKu), rumah swadaya, dan lain lain.
"Program itu terus kita lakukan. Memang tidak murah, tetapi dengan anggaran yang ada kita maksimalkan," ujar Basuki.
Sebelumnya Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Errika Ferdinata menilai bila dibandingkan negara lain, Indonesia harus bekerja keras dalam mengejar ketertinggalan
"Memang saat ini pembangunan dimana-mana. Namun, bagaimana dengan perkembangan itu bisa memiliki dampak signifikan kepada sektor konstruksi kecil menengah," ujarnya.
Menurutnya, pelaku usaha sektor konstruksi kecil menengah ini memiliki dampak yang besar apabila dilibatkan secara penuh dalam pembangunan infrastruktur.
Errika meyakini daya saing sektor infrastruktur Indonesia dapat merangkak naik dari posisi saat ini 52. Pasalnya, masih banyak rantai pasok yang belum optimal atau inefisiensi dalam pembangunan infrastruktur.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi dapat meredam inefisiensi. Program peningkatan daya saing kontraktor lokal kecil dan menengah untuk bisa mengeksekusi projek dengan baik dan mulai memperhatikan rantai pasok konstruksi dapat memacu peningkatan daya saing.
"Kita harus lihat rantai pasok, teknologi yang digunakan, sistem integrasi, pelakunya (kontraktor) kapasitasnya. Apabila outputnya baik, proses dan waktunya cepat maka saya yakin daya saing infrastruktur akan meningkat," tutur Errika.