Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembangan MRO, Bengkel Pesawat Nasional Perlu Bersinergi

Kementerian Perhubungan mengusulkan para penyedia jasa perawatan pesawat dalam negeri untuk saling bersinergi.
Seorang karyawan GMF AeroAsia, perusahaan yang memberi layanan perawatan pesawat, melintas di dekat pesawat Boeing 747 Garuda Indonesia/Reuters-Beawiharta
Seorang karyawan GMF AeroAsia, perusahaan yang memberi layanan perawatan pesawat, melintas di dekat pesawat Boeing 747 Garuda Indonesia/Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan mengusulkan para penyedia jasa perawatan pesawat dalam negeri untuk saling bersinergi agar dapat lebih berdaya saing dan mampu menampung pekerjaan lebih banyak.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kemenhub Muzaffar Ismail mengatakan saat ini jumlah perusahaan perawatan pesawat (maintenance, repair & overhaul/MRO) nasional sudah mencapai 62 perusahaan.

“Sayangnya, sebagian besar perusahaan perawatan pesawat ini hanya memiliki skala usaha yang kecil, dan berdiri sendiri. Kami anjurkan yang kecil-kecil ini untuk bergabung, namun ternyata sulit diajak,” katanya di Jakarta, Rabu (13/9/2017).

Akibat kondisi tersebut, lanjut Muzaffar, pengembangan kapasitas dan kapabilitas perusahaan MRO nasional terhambat. Hal itu terlihat dari total biaya perawatan pesawat nasional yang digarap MRO dalam negeri, tidak lebih dari 35%.

Dia meyakini kapasitas dan kapabilitas MRO nasional akan cepat berkembang apabila para pengelola bengkel pesawat itu dapat saling bersinergi. Dia menjamin Kemenhub selaku regulator akan memberikan kesempatan selebar-lebarnya.

“Kami enggak butuh number, kami butuh [MRO] yang besar dan qualified agar bisa berdaya saing dengan MRO asing. Ini sebenarnya mau kami. Nanti, yang kuat bisa awasi yang kecil, dan sebaliknya yang kecil bisa support yang kuat,” tutur Muzaffar.

Sementara itu, Ketua Umum Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto menilai kapasitas bengkel pesawat nasional saat ini memang sudah melebihi kapasitas.

“Dalam beberapa tahun terakhir ini, MRO kita memang terus menghadapi overcapacity karena tidak bisa mengimbangi laju pertumbuhan jumlah pesawat yang cukup tinggi setiap tahunnya,” ujarnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Sriwijaya Maintenance Facility (SMF) ini sepakat perlu adanya sinergi di antara bengkel pesawat nasional. Namun, dalam mewujudkan sinergi itu, perlu dorongan dari pemerintah.

“Kalau digabung semuanya, dan pemerintah yang bicara, bargaining kita lebih kuat. Hal ini seperti yang dilakukan Pemerintah China. Gara-gara itu Airbus sampai bangun pabrik di sana,” kata Richard.\

Dia memperkirakan pertumbuhan pasar perawatan pesawat di Indonesia akan terus meningkat hingga dua kali lipat mencapai US$2 miliar pada 2022 mendatang, dari potensi pasar tahun ini sebesar US$1 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper