Bisnis.com, JAKARTA - Polemik soal energi di Tanah Air hampir tidak pernah usai. Ada beberapa persoalan energi di Tanah Air yang perlu segera diselesaikan.
Pertama, sumber energi menjadi modal utama dalam pembangunan. Namun, saat ini beberapa sumber energi utama masih banyak diekspor, seperti gas alam (40%) dan batu bara (80%) kendati menghasilkan devisa yang luar biasa. Namun, kedua sumber energi itu akan jauh lebih bermanfaat jika seluruhnya dimanfaatkan di dalam negeri sebagai motor penggerak perekonomian dan pembangunan.
Kedua, produksi minyak dan gas bumi yang stagnasi bahkan cenderung turun setiap tahun. Alhasil, hampir 50% kebutuhan BBM di Tanah Air masih diimpor. Pemerintah perlu mendorong pelaku usaha untuk menggencarkan kegiatan eksplorasi guna menambah cadangan migas.
Ketiga, infrastruktur energi yang belum masif. Kapasitas kilang masih 50% dari kebutuhan BBM nasional. Pipa gas serta fasilitas penyimpanan regasifikasi gas (FSRU) masih minim sehingga pemanfaatan gas di dalam negeri belum optimal.Bangsa ini juga belum memiliki cadangan BBM. Cadangan BBM saat ini merupakan milik dari PT Pertamina (Persero), yang rata-rata hanya cukup untuk kebutuhan selama 21 hari.
Keempat, lebih dari 50% elpiji (LPG) masih diimpor. Pemerintah perlu mendorong pembangunan kilang LPG dan pemanfaatan dimetil ether.
Kelima, negeri ini juga dikaruniai sumber alam terbarukan yang melimpah. Panas cahaya matahari, sumber air, angin, arus laut, panas bumi, biomasa, biogas, dan lainnya, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.
Kini, wacana impor gas alam cair (LNG) sedang ramai diperbincangkan. Di sisi lain, industri pengguna gas di dalam negeri selalu menghadapi persoalan yang sama setiap tahun, yaitu harga gas yang mahal.