Bisnis.com, JAKARTA—PT Hexpharm Jaya akan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan obat generik.
Mulia Lie, Direktur Utama Hexpharm Jaya, mengatakan saat ini kapasitas produksi perseroan sebesar 185 juta tablet per bulan.
"Tahun depan akan naik menjadi sekitar 280 juta tablet per bulan. Kami juga baru menambah kapasitas produksi di lantai 2 pabrik kami," ujarnya, Kamis (7/9/2017).
Saat ini, industri farmasi menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan positif. Merujuk data BPS, pada kuartal II/2017, industri farmasi tumbuh sebesar 7,38% y-o-y atau lebih tinggi dari pertumbuhan industri manufaktur yang sebesar 3,54% y-o-y.
Kegiatan produksi Hexpharm Jaya dilakukan di pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri, Lippo Cikarang Bekasi. Seluruh fasilitas yang digunakan untuk kegiatan produksi tersebut telah disesuaikan dengan standar CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang berlaku.
Mulia menyatakan kapasitas terpakai pabrik dijaga di kisaran 75% hingga 80%. Perseroan memiliki kebijakan untuk tidak menggunakan 100% kapasitas terpasang pabrik demi menjaga kualitas produknya. Apabila utilitas telah melebihi batas yang ditetapkan, perusahaan akan melakukan ekspansi pabrik.
Mulia menyebutkan Hexpharm Jaya memiliki pangsa pasar sebesar 12% untuk kategori obat generik. Dari nilai pasar obat generik nasional senilai Rp8 triliun, perseroan mencatatkan omzet senilai Rp1,5 triliun.
"Kami perusahaan nomor dua di Indonesia untuk obat generik. Kami memproduksi 100 produk, baik oral, injeksi, cair, dan juga kapsul," katanya.
Sebagai perusahaan yang fokus menyasar produk generik, perseroan melakukan beberapa langkah penghematan, dari hulu hingga hilir untuk menjaga margin. Walaupun obat generik memiliki harga jual yang lebih rendah dibandingkan obat bermerek, produsen obat generik harus tetap memberikan kandungan, efektivitas, keamanan, dan kualitas yang setara.
Salah satunya langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan adalah dengan tidak melakukan promosi secara berlebihan. Pihaknya juga memproduksi dalam volume yang besar, sehingga cost produksi bisa ditekan.
"Dengan volume produksi yang besar, kebutuhan bahan baku kami juga besar. Kami punya daya tawar untuk mendapatkan harga murah," ujarnya.