Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Bakal Bergerak Atasi Perlambatan Bisnis AMDK

Pemerintah berniat merespons perlambatan kinerja industri air minum dalam kemasan dengan berupaya memangkas regulasi yang memberatkan.
Ilustrasi air minum/Reuters-Lucy Nicholson
Ilustrasi air minum/Reuters-Lucy Nicholson

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah berniat merespons perlambatan kinerja industri air minum dalam kemasan dengan berupaya memangkas regulasi yang memberatkan.

Direktur Industri Minuman Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Willem Petrus Riwu menyatakan industri minuman termasuk salah satu subsektor yang memegang peran cukup besar dalam pembentukan PDB nasional.

Perlambatan kinerja industri tersebut mesti direspons dengan mengeliminasi segala regulasi yang masih menghambat.  Menurutnya, industri juga masih dibayangi dengan kecemasan dengan kemungkinan penambahan objek cukai kepada botol plastik kemasan minuman.  

“Industri minuman ini juga jangan sampai pertumbuhannya ditahan oleh aturan-aturan yang menghambat,” ujarnya.

Permintaan produk air minum dalam kemasan pada tahun ini diperkirakan hanya tumbuh satu digit. Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Rachmat Hidayat menyatakan melandainya permintaan pada Lebaran lalu menjadi faktor pemicu pabrikan merevisi target penjualan.

“Kenaikan penjualan pada Lebaran kemarin meleset dari asumsi. Tahun ini bisa tumbuh 7%—9% saja itu sebenarnya sudah cukup bagus,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (7/9/2017). 

Menurutnya, pabrikan AMDK pada tahun lalu memasarkan sebanyak 26 miliar liter. Rachmat memperkirakan penjualan AMDK berkisar di angka 27 miliar liter pada tahun ini.

Situasi pasar ini membuat sejumlah perusahaan produsen air minum dalam kemasan menahan rencana ekspansi dan pembangunan pabrik baru karena persaingan untuk memperebutkan pasar menjadi semakin kompetitif seiring semakin banyaknya kompetitor di dalam industri.

Terlebih, pasar domestik juga terisi oleh ribuan merek AMDK. “Dengan demikian pengembangan bisnis setiap perusahaan juga melihat situasi pasar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper