Bisnis.com, JAKARTA -- Produksi rumput laut kering di Sumba Timur ditargetkan melompat 17 kali lipat dari produksi saat ini setelah sentra kelautan dan perikanan di lokasi itu terbangun.
Rumput laut menjadi komoditas andalan Sumba Timur. Kendati demikian, dari total potensi lahan budidaya seluas 5.944,34 hektare, pemanfaatannya baru 352,9 ha atau baru 5,9%. Produksi 2016 hanya 26.408 ton rumput laut basah atau 3.301 ton rumput laut kering.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto berharap 4.755,5 ha atau 80% dari potensi dapat dimanfaatkan setelah SKPT beroperasi penuh. Dengan demikian, produksi rumput laut basah dapat mencapai 570.656 ton per tahun atau 57.066 ton rumput laut kering, dan mampu menyerap tenaga kerja 71.598 orang.
“Jika mampu dimanfaatkan secara optimal, menggunakan bibit unggul seperti hasil kultur jaringan, maka setidaknya nilai ekonomi yang dapat diraup dari komoditas ini bisa Rp570,7 miliar per tahun. Saya rasa ini menjadi fokus kami dalam pembangunan SKPT ini," kata Slamet dalam siaran pers, Sabtu (268/2017).
Pengembangan rumput laut di kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur itu juga akan dilakukan dengan memotong mata rantai pasar, memfasilitasi kemitraan antara kelompok pembudidaya atau koperasi rumput laut dengan industri. Diversifikasi produk dari bahan mentah ke produk setengah jadi pun akan dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut.
Slamet optimistis keberadaan PT Algae Sumba Timur Lestari (Astil) akan menjawab masalah tata niaga rumput laut. KKP mendorong BUMD itu untuk membangun kemitraan dengan kelompok pembudidaya.
Baca Juga
PT Astil merupakan pabrik yang memproduksi chips atau alkali treated carrageenan (ATC) rumput laut dengan kapasitas produksi 90 ton per bulan. Dengan kata lain, pabrik ini mampu menyerap produksi rumput laut basah 2.500 ton atau 250 ton rumput laut kering per bulan.
Tahun ini KKP menyalurkan bantuan stimulan SKPT untuk Sumba Timur senilai Rp41,4 miliar, a.l. berupa 75 paket sarana pembangunan kebun bibit rumput laut; 100 paket sarana budidaya rumput laut; pembangunan gudang rumput laut dan lantai jemur.
Selanjutnya pembangunan prasarana budidaya rumput laut, seperti para-para, rumah ikat, dan perahu fiber; 5 paket sarana budidaya air tawar; 30 paket bantuan kapal dengan ukuran 10 GT, 20 GT, dan 30 GT beserta alat penangkap ikan, serta rehabilitasi Balai Benih Ikan Lewa dan juga pembangunan unit pelaksana teknis (UPT) DJPB.
Dari dukungan itu, diharapkan ada penambahan suplai rumput laut basah bagi industri dari semula 26.408 ton per tahun menjadi 44.950 ton per tahun.
Gudang penyimpanan baru nantinya dibangun dengan kapasitas 500 ton rumput laut kering. Untuk meningkatkan serapan industri, KKP akan mendorong diversifikasi produk dengan hasil semi refined carrageenan (SRC).
“Dengan penambahan gudang penyimpanan ini, melengkapi gudang penyimpanan yang dimiliki PT Astil, nantinya diproyeksikan dapat menyerap bahan baku rumput laut basah hingga mencapai 7.500 ton per bulan atau 90.000 ton per tahun atau 9.000 ton rumput laut kering," kata Slamet.