Bisnis.com, PADANG - Habitat yang terganggu membuat populasi hewan yang berada di hutan terganggu.
Kepala Konservasi Asia Pulp Paper (APP) Indonesia Dr Dolly Priatna menyatakan penurunan populasi harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) salah satunya karena hilangnya habitat hewan tersebut menyusul terjadinya peralihan fungsi hutan.
"Jumlah harimau Sumatra yang ada saat ini lebih kurang hanya 3.000 ekor dari beberapa tahun lalu mencapai 10.000 ekor," kata Dolly Priatna di Kampus Universitas Andalas Padang Sumatera Barat, Sabtu (5/8/2017).
Ia menyebutkan kehilangan habitat itu kemudian akan memicu harimau-harimau tersebut hidup terpisah-pisah. Sebab, tambahnya tempat yang biasanya menjadi kawasan tempat tinggalnya sudah tidak ada.
Selain itu, faktor perburuan juga meyebabkan keberadaan spesies yang dilindungi undang-undang itu juga semakin terdesak, dan belakangan terungkap beberapa kasus penjualan kulit harimau pada beberapa wilayah di Sumatra.
"Pemicu lain yang menyebabkan berkurangnya populasi harimau adalah karena adanya konflik antara harimau dan manusia," ujarnya.
Baca Juga
Ia menambahkan keterlibatan pihak swasta dalam konservasi harimau sangat penting.
Sebab, katanya, sebagai pihak yang berhak mengelola sebuah kawasan harus memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup harimau.
Menurutnya, semenjak 2013, pihaknya juga sudah mengeluarkan regulasi untuk tidak lagi menebangi hutan agar habitat harimau yang ada di daerah perusahaannya tidak terganggu.
"Untuk menghindari konflik antara pekerja dan harimau, kami juga memberikan sosialisasi kepada para pekerja, sebab umumnya para pekerja tersebut tidak memahami perilaku harimau," katanya.
Sementara itu Dirjen Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno mengatakan konservasi harimau tidak terlepas dari peranan masyarakat.
"Dalam penyusunan rencana aksi nantinya diharapkan masyarakat ikut terlibat dalam upaya konservasi terhadap harimau," katanya.