Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Produksi Meningkat, Petani Tebu Minta Harga Acuan Gula Naik

Musim giling tebu tahun ini dinilai lebih berat karena biaya pokok produksi gula yang naik, tetapi harga jual gula justru menurun.
Batang tebu memenuhi Pabrik Gula (PG) Mojo di Sragen, Jawa Tengah, milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Selasa (18/7). Pascarevitalisasi yang dimulai pada April lalu, PG Mojo menargetkan kapasitas giling hingga 4.000 ton cane per day (TCD) dari sebelumnya hanya 2.750 TCD./JIBI-Pamuji Tri Nastiti
Batang tebu memenuhi Pabrik Gula (PG) Mojo di Sragen, Jawa Tengah, milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Selasa (18/7). Pascarevitalisasi yang dimulai pada April lalu, PG Mojo menargetkan kapasitas giling hingga 4.000 ton cane per day (TCD) dari sebelumnya hanya 2.750 TCD./JIBI-Pamuji Tri Nastiti

Bisnis.com, JAKARTA - Musim giling tebu tahun ini dinilai lebih berat karena biaya pokok produksi gula yang naik, tetapi harga jual gula justru menurun.

Kenaikan biaya pokok produksi disumbang oleh biaya garap, upah tenaga kerja, dan biaya tebang angkut akibat kenaikan harga BBM. Biaya pokok produksi juga memperhitungkan biaya bibit, pupuk, dan traktor.

Apalagi, rendemen tahun ini diperkirakan tidak berbeda dengan tahun lalu. Rendemen tahun ini diperkirakan sangat rendah rata-rata 6%-7% dengan produksi tebu 70-80 ton per ha. Tidak jauh berbeda dengan rendemen pada 2016 yakni 6,7% dengan produksi 74,5 ton per ha, yang berakibat realisasi produksi gula konsumsi di bawah target yang dipasang.

Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) memperhitungkan biaya pokok produksi (BPP) gula tani sebesar Rp10.600 per kg, lebih tinggi dari harga acuan gula tani (HPP) yang ditetapkan melalui Permendag No 27/2017 sebesar Rp9.100 per kg.

Semestinya, dengan perhitungan biaya pokok produksi tersebut, maka harga acuan gula tani sebesar Rp11.767 per kg dan harga gula di tingkat konsumen sebesar Rp14.000 per kg.

Melalui penetapan Harga Eceran Tertinggi sebesar Rp12.500 per kg yang berlaku hingga September 2017 itu, maka pedagang membeli harga gula tani di bawah biaya pokok produksi. Akibatnya, petani tebu semakin tertekan.

Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan, musim giling tahun ini akan sangat memberatkan bagi petani tebu. Sebab, rendemen diperkirakan masih rendah yakni 6%-7% dengan produksi 70 ton - 80 ton per ha. Rendemen yang rendah akibat mesin pabrik gula BUMN sudah tua, sehingga merugikan petani karena kehilangan pendapatan.

"Tahun lalu, rendemen rendah karena iklim. Tahun ini, iklim lebih baik, tetapi rendemen masih rendah," katanya saat dihubungi, Rabu (2/8).

Dia mengatakan lelang musim giling 2017 lebih rendah dari tahun lalu. Rata-rata harga lelang di tingkat petani sebesar Rp9.500 per kg, lebih rendah dibandingkan musim giling 2016 sebesar Rp11.500 per kg. Bahkan, saat musim giling 2016, harga lelang bisa mencapai Rp14.000 per kg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper