Bisnis.com, JAKARTA—Produsen sepatu tetap mempertahankan target pertumbuhan ekspor di kisaran satu digit, yaitu sekitar 6%—7% pada ujung tahun.
Sekjen Asosiasi Persepatuan Indonesia Binsar Marpaung menyatakan persaingan di pasar global memang semakin ketat.
Menurutnya, pabrikan sepatu lokal juga harus semakin kompetitif berbagi pasar bersama produsen sepatu lain, seperti Vietnam, China, dan Myanmar. Terlebih, banyak negara semakin protektif dengan menerapkan safeguard terhadap produk alas kaki di tengah siklus permintaan global yang melambat.
“Dalam situasi persaingan yang semakin ketat seperti ini, daya saing itu yang menjadi sangat menentukan,” ujar Binsar, belum lama ini.
Binsar menyatakan pasar ekspor terbesar bagi pabrik sepatu Indonesia adalah Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sepatu hasil produksi di dalam negeri yang dipasarkan ke dua wilayah tujuan ekspor itu mencapai 70%. Di luar itu, Indonesia juga tengah memasarkan sepatu ke negara-negara Timur Tengah.
Produksi sepatu, menurutnya, juga terkena imbas penurunan permintaan pasar ekspor pada semester pertama. Binsar meyakini daya beli global mampu kembali terangkat pada paruh kedua tahun ini sehingga mampu menopang kenaikan permintaan produk alas kaki.
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor sepatu pada semester pertama tahun ini relatif stagnan bila dibandingkan dengan tahun lalu. Ekspor sepatu di paruh pertama 2017 tercatat senilai US$2,38 miliar, atau sedikit lebih rendah dibanding capaian Januari—Juni tahun lalu senilai US$2,4 miliar. Nilai ekspor sepatu pada Juni 2017 senilai US$329,6 juta, atau turun 29,2% dibanding Mei 2017 senilai US$465,5 juta. Nilai ekspor alas kaki selama 2016 mencapai US$5,01 miliar
Penyusutan nilai ekspor pada semester pertama terjadi lantaran adanya penurunan volume yang diekspor. Volume ekspor alas kaki pada semester pada bulan Juni 2017 sebanyak 16.537 ton, atau turun 29,63% bila dibandingkan Mei 2017 sebanyak 23.499 ribu ton. Total volume ekspor sepatu pada periode Januari—Juni tahun ini sebanyak 120.354 ton, atau turun 5,82% bila dibanding Januari—Juni tahun lalu sebanyak 127.788 ton.
Industri alas kaki merupakan salah satu sektor industri strategis prioritas yang ditetapkan pemerintah. Indonesia merupakan produsen sepatu terbesar kelima dunia, di bawah China, India, Vietnam, dan Brasil. Pangsa pasar sepatu domestik mencapai 4,4% dari seluruh produk sepatu global. Kementerian Perindustrian menargetkan pangsa pasar pabrikan alas kaki nasional mencapai 10% di pasar global pada 2020.
Salah satu tantangan yang masih dihadapi produsen alas kaki adalah defisit bahan baku kulit mentah bagi industri. Pasokan bahan baku kulit domestik diperkirakan baru mampu memenuhi sebanyak 36% dari permintaan industri.
Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kementerian Perindustrian E. Ratna Utarianingrum menyatakan industri alas kaki juga masih terkendala dengan prosedur karantina impor kulit. “Tingginya ketergantungan impor bahan baku juga membuat kenaikan kurs sangat berpengaruh terhadap struktur biaya produksi alas kaki,” ujar dia.