Bisnis.com, JAKARTA—Pabrikan tekstil mulai meningkatkan investasi pada semester pertama tahun ini dengan memperbesar kapasitas terpasang.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat menyatakan setidaknya ada dua perusahaan besar yang menggenjot investasi pada semester pertama.
Kedua perusahaan itu menjadi penopang utama lonjakan realisasi investasi industri tekstil. “Terutama karena adanya investasi baru Grup Sateri di Riau dan ekspansi Sritex di Jawa Tengah,” ujarnya kepada Bisnis (31/7).
Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi pada industri tekstil mencapai Rp7,47 triliun di semester pertama 2017. Sebanyak Rp 5,02 triliun merupakan investasi domestik, sementara sisanya senilai US$184,3 juta atau setara Rp 2,45 triliun merupakan investasi asing.
Realisasi investasi pada industri tekstil di paruh pertama tahun ini melonjak 46% dibanding semester pertama tahun lalu senilai Rp 5,09 triliun. Sebanyak Rp2,71 triliun di antaranya merupakan penanaman modal domestik, sementara investasi asing langsung mencapai US$179,36 juta atau setara Rp 2,38 triliun. Artinya, kenaikan realisasi investasi bukan hanya terjadi pada investasi domestik tapi juga pada investasi asing.
Menurut Ade, PT Sateri Viscose International mulai mengoperasikan pabrik serat rayon dengan kapasitas yang cukup besar di Riau. Pabrik itu mengoperasikan sebanyak 1 juta mata pintal pada fasilitas baru tersebut. Sementara itu, pabrikan tekstil lainnya juga mengoperasikan salah satu pabrik dying dan finishing terbesar di Sukoharjo. Ade memperkirakan investasi pada ke dua proyek yang itu bernilai triliunan rupiah.
Baca Juga
Ade memprediksi realisasi investasi tekstil di akhir tahun mampu melebihi Rp10triliun. Sebab ada salah satu pabrikan yang sudah berkomitmen merealisasikan investasi di paruh kedua tahun ini. “Ada satu perusahaan yang main di dyeing dan finishing juga sudah komitmen investasi baru di Jawa Barat, kurang lebih Rp2triliun. Mungkin bisa terealisasi di semester kedua tahun ini,” ujarnya.
Menurutnya, pelaku industri tekstil mulai mengekspansi pabrik sebagai untuk mengantisipasi kembali membaiknya permintaan. “Proyeksi kita itu pasar sudah membaik lagi, tapi mungkin tidak semester depan atau 2018. Semua optimistis 2019 pasar sudah kembali membaik, permintaan kembali naik, daya beli meningkat. Maka beberapa sudah mulai coba meningkatkan kapasitas.”
Kementerian Perindustrian memproyekstikan pertumbuhan industri tekstil sebesar 1,6%—1,8% pada tahun ini. Sektor industri tekstil menyumbang devisa senilai US$11,87 miliar pada tahun lalu, atau mencapai 8,2% dari keseluruhan ekspor 2016.