Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Jepang cenderung flat pada bulan Juni 2017, ditopang oleh kenaikan biaya listrik. Pasar tenaga kerja yang ketat juga mulai mendorong inflasi, yang masih jauh dari target 2% bank sentral.
Berdasarkan data yang dirilis hari ini, indeks harga konsumen (IHK) inti, yang tidak termasuk makanan segar, meningkat 0,4% di bulan Juni dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ini sama dengan perkiraan analis sebelumnya.
Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 2,8%, di bawah estimasi analis yang memperkirakan penurunan 3%. Adapun belanja rumah tangga naik 2,3% dari tahun lalu.
Seperti dilansir Bloomberg, perekonomian Jepang menuju ke ekspansi beruntun selama enam kuartal, sedangkan pasar tenaga kerja menjadi yang paling ketat dalam beberapa dekade terakhir, namun inflasi gagal melaju ke target sentral sebesar 2%.
Bank of Japan pekan lalu menunda kembali perkiraan waktunya untuk mencapai target inflasi sampai sekitar tahun fiskal yang dimulai pada bulan April 2019, dan berjanji untuk melanjutkan stimulus moneternya.
Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute mengatakan kenaikan harga mulai melambat dan meragukan apakah IHK akan mencapai 1% menjelang akhir tahun ini,
"Upah tidak meningkat di tengah ketatnya pasar tenaga kerja, sementara BOJ telah melakukan apa yang bisa dilakukan dengan kebijakan moneter," ujarnya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (28/7/2017).
Secara keseluruhan, IHK nasional juga naik 0,4% di bulan Juni, sedangkan rasio lapangan kerja dengan jumlah pencari kerja meningkat menjadi 1,51, tertinggi sejak pertengahan 1970.
Sementara itu, penjualan ritel naik 2,1% di bulan Juni dari tahun lalu, lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,4%.