Bisnis.com, JAKARTA--Chevron tak jadi menggunakan floating production unit (FPU) Jangkrik untuk mengembangkan lapangan gas Gendalo dan Gehem pada proyek Indonesian Deepwater Development (IDD).
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan rencananya, produksi Lapangan Gendalo-Gehem akan diolah menggunakan fasilitas milik Eni yang lokasinya berdekatan. Namun, ujar Arcandra, Eni memprioritaskan produksi dari lapangannya lebih dulu karena selain Jangkrik, terdapat potensi penambahan produksi dari Merakes.
Dia menilai Chevron akan melanjutkan proyek tersebut meskipun tak menggunakan fasilitas milik Eni. Pengunaan fasilitas bersama, katanya, bila terdapat ruang lebih yang bisa dimanfaatkan. Kemungkinan, katanya, Chevron akan menggunakan fasilitasnya sendiri. Menurutnya, Chevron telah menyampaikan rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) untuk Gendalo dan Gehem pekan lalu.
"Mereka bikin fasilitas sendiri seperti rencana awal mereka," ujarnya di Jakarta, Kamis (27/7).
Sebelumnya, dalam lawatannya ke Houston, Amerika Serikat, Menteri ESDM, Ignasius Jonan, bertemu dengan petinggi Chevron di Kantor Pusat Chevron. Dalam pertemuan tersebut, Jonan yang disambut Presiden Chevron North America Exploration and Production, Jeff Shellebarger dan President Chevron Environmental Management Company, Mary Boroughs membahas tentang pengembangan Gendalo dan Gehem yang ditarget mengalirkan gas pertamanya pada 2022.
Dalam kesempatan itu, Chevron menyatakan bila produksi Eni dari Merakes juga masuk ke FPU Jangkrik, kapasitas FPU akan menyentuh batas kemampuannya di 2029. Dengan demikian, FPU tak lagi bisa menampung gas tambahan dari Gendalo dan Gehem.
Baca Juga
Lapangan Gendalo sendiri diproyeksi akan menghasilkan gas dengan volume 420 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) dan Gendalo 700 MMscfd. Selain itu, Lapangan Gendalo dan Gehem akan menghasilkan kondensat 50.000 barel per hari (bph).
Di sisi lain, kapasitas FPU Jangkrik saat ini menghasilkan gas dari Lapangan Jangkrik sebesar 450 MMsfd yang nantinya berpeluang naik menjadi 800 MMscfd.
"Pada 2029 FPU Jangkrik akan full dan tidak dapat menampung gas dari Gendalo-Gehem," ujarnya dalam keterangan resmi.
Dihubungi terpisah, Senior Vice President Policy, Public and Government Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar mengatakan pihaknya bersama mitra juga pemerintah masih berdiskusi untuk pengembangan lapangan gas ini. Menurutnya, pihaknya masih berupaya mengurangi biaya pengembangan sehingga bisa memberikan manfaat optimum.
Sebelumnya, Chevron merevisi PoD karena adanya penaikan nilai investasi dari US$6,9 miliar pada 2007 menjadi US$12 miliar pada 2014. Pada proposal terakhir yang diajukan akhir 2015, nilai investasinya sebesar US$9 miliar dengan asumsi investment credit di atas 100%.
Investment credit merupakan bentuk insentif dalam sistem PSC. Kontraktor yang mendapatkan fasilitas investment credit berarti berhak mendapat tambahan penggantian biaya investasi kepada pemerintah sebesar persentase tertentu.
"Saat ini kita pun terus berusaha mencari peluang mengurangi biaya proyek serta meningkatkan nilai proyek agar dapat memberikan manfaat yang signifikan," katanya.