Bisnis.com, PASURUAN - Terletak berjarak 17 kilometer dari kota Pasuruan, terdapat sumber mata air Umbulan.
Tepatnya berada di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.
Kesegaran sumber air ini, laksana harta karun berharga sejak zaman Pemerintah Hindia Belanda hingga kini. Mata air ini pertama kali ditemukan sekitar tahun 1916 oleh Belanda.
Pengelolaan pertama sumber mata air ini dilakukan oleh Inlando Water Bedrij pada tahun 1917.
Debit air sebanyak 5.000 liter per detik membuat kolam penampungan air yang bersih dan jernih air di Desa Umbulan ini mengalir, dengan pemandangan hijau mengelilinginya
Air Umbulan pun menjadi urat nadi kehidupan masyarakat yang berada di sekitar, baik untuk rumah tangga maupun irigasi persawahan.
Maria Ulfa, 33 tahun, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di sana mengatakan dia menggunakan sumber air ini untuk kehidupan sehari-harinya.
Memasak, mencuci, mandi, menyirami pekarangan halaman rumahnya hingga mengkonsumsi sebagai air minum.
Memang dirinya tak dapat menggunakan air tersebut selama 24 jam karena air yang mengalir melalui pompa kecil miliknya tersebut dibatasi waktu.
"Airnya jam 12 siang mati lalu jam 5 hidup lagi sampai jam 9 malam. Dari PDAM yang mengatur," ujarnya.
Pemerintah tengah mulai membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan setelah 45 tahun direncanakan yakni sejak 1972.
Maria pun senang air yang di desanya akan dapat dikonsumsi tanpa harus dimasak dengan dibangunnya SPAM Umbulan tersebut.
Dirinya pun tak masalah air di wilayah desanya dibagi ke wilayah lain hingga ke Gresik, Jawa Timur.
"Ya kami seneng akan ada pembangunan tapi jangan sampai ditutup. Maksudnya ditutup ini, masyarakat di desa ini tidak bisa gunain secara bebas lagi. Air ini kan milik desa ini," katanya.
Dia berharap pemerintah tak menarik tarif konsumsi air minum tersebut nantinya bagi masyarakat yang ada di Desa Umbulan.
Karena selama ini, Maria menggunakan air tersebut secara gratis tanpa dipungut biaya.
"Enggak usah dikenakan biaya karena tak adil. Ya kan sumbernya punya kita. Kalau bayar ya kami susah, hidup sudah susah. Bayar pakai apa?," ucapnya.
Lain halnya dengan Slamet, 60 tahun, warga Desa Sidepan yang terletak di utara Desa Umbulan, tak masalah apabila nantinya dikenakan tarif penggunaan air tersebut.
"Ya kami seneng. Enggak masalah kalau dikenakan. Kalau bisa jangan tinggi-tinggi. Di sini kalau makai 24 jam ya bayar. Yang gratis itu dibatasi waktu," ucapnya.
Dibangunnya proyek SPAM di Umbulan, menurutnya, berkah tersendiri terutama bagi anak muda di desa tersebut. Para pemuda yang ada di desa tersebut pun bisa bekerja dan turut serta membangun atau pun mengoperasikannya.
"Kami tak masalah air itu nanti diolah, dikonsumsi dan dibagi ke masyarakat di wilayah lain di luar Pasuruan. Dari pada dibuang-buang kan airnya (di buang ke sungai) Tentu, bangunan ini buka lowongan kerja, anak-anak muda bisa kerja di sana nanti," ucap Slamet.
Sumber air Umbulan ini memang terkenal di Jawa Timur. Banyak orang yang dateng ke sana untuk berwisata, mandi maupun berenang
Gubernur Jawa Timur Soekarwo pun menyebut air Umbulan memiliki kualitas nomer satu di dunia dan tak ada yang bisa menandingi.
Tentu bukan jalan yang mudah untuk membangun sistem penyediaan air minum Umbulan. Terlebih hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Proyek ini mulai dirancang sejak 2010 dan dilakukan prakualifikasi pada 2011. Namun proses konstruksi sendiri baru dimulai pada tahun ini.
SPAM Umbulan ini merupakan proyek SPAM pertama yang menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan termasik dalam proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas.
Pemenang lelang dan sekaligus konstruksi SPAM dibangun oleh PT Meta Adhya Tirta Umbulan yang merupakan konsorsium PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Bangun Cipta.
"Karena dukungan dari berbagai pihak akhirnya proyek ini dapat dibangun. Ini KPBU dimana swasta bangun infrastruktur untuk penyediaan air curah, pemerintah agar menjadi layak finansial sediakanViability Gap Fund (VGF)," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sri Hartoyo.
Proyek SPAM Umbulan akan menggunakan skema Built Operate Transfer (BOT) dengan masa kerja sama 25 tahun sejak tanggal beroperasi komersial.
Pembangunan SPAM Umbulan ini menelan investasi senilai Rp2,05 triliun yang terdiri dari badan usaha senilai Rp1,232 triliun dan VGF dari Pemerintah yakni Kementerian Keuangan senilai Rp818 miliar.
"Dukungan fasilitas penyiapan proyek dari kementerian keuangan dilaksanakan PT Sarana Multi Infrastruktur untuk membantu Pemprov Jatim dalam menyiapkan dan melaksanakan transaksi proyek SPAM Umbulan dan penjaminan pemerintah melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia," ucapnya.
Kementerian PUPR sendiri, lanjut Sri, juga menganggarkan Rp461 miliar untuk turut serta dalam mendukung pembangunannya.
Anggaran Rp461 miliar tersebut terdiri dari Rp400 miliar untuk pembangunan jaringan distribusi utama sampai dengan reservoir offtake, pembangunan instalasi pengolahan air dari Kali Rejoso dengan kapasitas 300 liter per detik, ijin penempatan pipa pada jalan tol yakni ruas Pasuruan-Gempol, Gempol-Pandaan, Surabaya-Gempol, Surabaya-Mojokerto dan Surabaya-Gresik.
Selain itu, senilai Rp40 miliar untuk pembangunan SPAM di dua kecamatan dan Rp21 miliar pengembangan SPAM kota Surabaya melalui program Kota Binaan Akses Aman Air Minum dan SPAM di 12 kecamatan rawan air di kabupaten Pasuruan.
"Ini alokasinya dari tahun ini hingga 2017. Untuk VGF pencairan dananya bertahap dari Desember 2017 hingga Desember 2018," katanya.
Dia menuturkan Untuk pembangunan jaringan distribusi dan sambungan rumah Rp2 triliun dari APBD/PDAM Kab/Kota offtake. Selain itu APBD Provinsi Rp16 miliar untuk pembebasan tanah yang digunakan bangunan instalasi.
SPAM Umbulan ini memiliki kapasitas 4.000 liter per detik dengan air baku berasal dari mata air Umbulan yang berlokasi di desa Umbulan yang disalurkan melalui pipa transmisi air baku ND 1000-1800 mm sepanjang 93 kilometer
Air minum tersebut akan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Pemprov Jawa Timur untuk kemudian disalurkan untuk melayani 1,3 juta masyarakat melalui lima PDAM yakni kabupaten Pasuruan, kota Pasuruan, kabupaten Sidoarjo, kota Surabaya dan kabupaten Gresik.
Proyek ini ditargetkan selesai pada awal 2019 sehingga dapat beroperasi pada pertengahan 2019.
"Untuk tarifnya nantinya akan dikenakan sekitar Rp5.000 per meter kubik jauh lebih murah daripada air kemasan," ujar Sri.