Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koperasi Instrumen Efektif Pemerataan Ekonomi

Koperasi diyakini sebagai instrumen paling efektif untuk pemerataan ekonomi baik dalam distribusi pendapatan juga kekayaan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA- Koperasi diyakini sebagai instrumen paling efektif untuk pemerataan ekonomi baik dalam distribusi pendapatan juga kekayaan. Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto di Jakarta

Dia mengatakan, koperasi sebagai konsep keadilan ekonomi sebetulnya bisa jadi instrumen yang efektif yang selesaikan masalah kesenjangan struktural. Kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini, paparnya, sudah ultra diametral dimana setiap pertumbuhan yang terjadi bahkan berkontribusi negatif terhadap pemerataan.

“Ini jelas ada yang salah dalam strategi, bahkan secara ideologis pasti menyimpang dari dasar idiil Pancasila dan konstitusi kita," katanya.

Ia mencatat saat ini Rasio Gini Indonesia masih bertengger di angka 0,40 dan akumulasi kekayaan dari segelintir elit kaya masih sangat besar.

“Jumlah penduduk kita yang hanya 0,02% kuasai total kue ekonomi kita hingga 25% dari total Produk Domestik Bruto. Sebanyak 1% penduduk menguasai asset nasional kita hingga 52,3% sesuai data World Bank, 2016," katanya.

Kalau pemerintah mau serius, kata dia, melalui instrumen koperasi maka masyarakat bukan hanya akan mendapatkan keadilan pendapatan, tapi juga memberikan masyarakat kecil untuk mengkreasi kekayaan.

Ia mencontohkan negara-negara Skandinavia seperti Denmark, Swiss, Swedia, Norwegia, dan Finlandia, bisa menjadi negara yang ekonominya relatif stabil dan menjadi tingkat kesejahteraanya merata karena kontribusi koperasi yang besar terhadap perekonomian mereka.

Menurut dia, ekonomi harus tumbuh, tapi kemiskinan mesti turun, distribusi pendapatan harus semakin merata, daya beli masyarakat di bagian bawah musti terkatrol naik. "Bukan sebaliknya seperti sekarang ini," katanya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar dalam koordinasi program jangka pendek dan efektif saat ini, pemerintah sebaiknya lakukan reforma agraria dalam bentuk kesatuan kolektif koperasi. "Jangan hanya terkesan bagi-bagi tanah saja. Ini mesti dirombak total," katanya.

Dalam konsep yang lain, ia menambahkan, pemerintah bisa mewajibkan kepada semua perusahaan BUMN dan konglomerasi swasta yang selama ini menerima banyak manfaat kebijakan pemerintah untuk berkontribusi dalam bentuk penyerahan saham kepada masyarakat minimal 20%.

"Kalau perlu, pemerintah buat koperasi publik. Separuhnya dimiliki pemerintah dan separuhnya lagi oleh koperasi dan anggota koperasi. Ini terutama untuk salurkan bahan pokok yang selama ini dinikmati monopolinya oleh konglomerat," katanya.

Selain itu, reformasi total koperasi yang sudah didengungkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM juga harus dilakukan secara lebih serius. Rehabilitasi, reorientasinya koperasi harus dijalankan dengan target yang jelas, kata Suroto.

"Indikatornya pertumbuhan jumlah koperasi menurun, jumlah anggota naik tapi jumlah transaksi ekonomi anggota koperasi meningkat. Harus meningkat signifikan. Buat koperasi sebagai pilihan masyarakat untuk berbisnis, jangan hanya untuk kegiatan arisan atau simpan pinjam seperti saat ini. Jadi syarat untuk dirikan koperasi jangan dua puluh orang tapi tiga orang saja cukup," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper