Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin: Gasifikasi Batubara untuk Petrokimia Lebih Menguntungkan

Kementerian Perindustrian mendorong para investor petrokimia untuk dapat menjajaki peluang skema gasifikasi batubara untuk memasok bahan baku. Penggunaan batubara diyakini lebih efisien dan dapat meningkatkan keuntungan pelaku usaha.

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian mendorong para investor petrokimia untuk dapat menjajaki peluang skema gasifikasi batubara untuk memasok bahan baku. Penggunaan batubara diyakini lebih efisien dan dapat meningkatkan keuntungan pelaku usaha.

Direktur Kimia Hulu Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengatakan suplai gas dunia yang terbatas membuat harga komoditas itu kian meningkat. Harga minyak dunia pun sangat fluktuatif.

“Perusahaan petrokimia yang sekarang beroperasi memang sedang menikmati margin keuntungan tinggi karena harga naphtha sedang jatuh. Tapi nanti saat harga crude oil sampai di level USS70—US$80 per barel lagi, untung perusahaan semakin tipis,” jelas Khayam di Jakarta, Kamis (6/7).

Khayam menjelaskan pemerintah telah melirik peluang gasifikasi batubara untuk sektor petrokimia sejak akhir 1980-an, tetapi saat itu masih belum layak karena harga minyak dan gas yang terbilang murah.

Saat ini, sejumlah negara produsen petrokimia seperti India dan China sangat masif mengembangkan skema gasifikasi batubara untuk memasok pabrik petrokimia. Dalam 10 tahun terakhir, sebagian besar pabrik di China bahkan menggunakan gas konversi dari batubara.

“Memang di dunia, sebagian besar masih oil-based. Namun suplai menurun, makanya pemerintah berikan alternatif untuk mendorong competitiveness perusahaan-perusahaan nasional,” jelas Khayam.

Menurutnya, investor petrokimia nasional pun diyakini tidak akan terbebani dengan investasi awal yang cukup tinggi karena biaya produksi yang dapat lebih murah. Apalagi, teknologi memungkinkan pengolahan batubara berkalori rendah untuk dikonversi menjadi gas.

Selain itu, sektor petrokimia nasional pun kian tertinggal dari negara-negara lain di Asia Tenggara. Kapasitas produksi etilena Indonesia hanya 860.000 ton per tahun, sedangkan Thailand sudah mencapai 3,2 juta ton.

Malaysia pun saat ini sedang mengembangkan proyek petrokimia berbasis gasifikasi dengan menggandeng Saudi Aramco. Negeri Jiran tersebut sangat agresif menumbuhkan industri petrokimianya dalam beberapa tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper