Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi rata-rata pendapatan para pelaku usaha angkutan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) baik ekonomi maupun non-ekonomi mengalami penurunan hingga 40% pada momentum Lebaran tahun ini dibandingkan masa angkutan Lebaran tahun lalu.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengklaim penurunan pendapatan tersebut terjadi lantaran pada masa angkutan Lebaran tahun ini jumlah penumpang bus antarkota antarprovinsi (AKAP) lebih rendah dari masa angkutan Lebaran tahun lalu.
"Secara pendapatan turun sekitar 40% dari angkutan Lebaran tahun lalu," kata Kurnia kepada Bisnis.com, Rabu (5/7/2017).
Dia menjelaskan, penurunan jumlah penumpang selama masa angkutan Lebaran tahun ini dibandingkan dengan masa angkutan Lebaran 2016, salah satunya, karena pelayanan bus AKAP jauh dari masyarakat.
Menurutnya, terminal-terminal bus AKAP yang jauh dari pusat kota membuat masyarakat enggan menggunakan angkutan umum berbasis jalan raya tersebut dan memilih menggunakan angkutan umum lainnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan langkah para penyelenggara angkutan mudik gratis yang tidak memberangkatkan bus - busnya di terminal.
"Pelayanan kami yang jauh dari masyarakat [merupakan] salah satu penyebab turunnya minat masyarakat menggunakan bus, belum lagi para pihak berlomba-lomba mengadakan mudik gratis yang mirisnya tidak dari terminal di mana klaim pemerintah (terminal) tempat resmi untuk kegiatan naik turun penumpang AKAP," ungkapnya.
Akan tetapi, pihaknya tidak mau menyebutkan nilai rata-rata pendapatan para pelaku usaha otobus selama masa angkutan Lebaran tahun ini.