Bisnis.com, JAKARTA -- Nuansa cerah menyambut mata ketika memasuki front office Kantor Cabang Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa di Kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Ruang kaca besar dengan langit-langit tinggi membuat kenyamanan langsung terasa.
Di bagian front desk, seorang petugas, Wawan, siap membantu nasabah yang datang, Dengan cekatan ia menjelaskan berbagai pertanyaan yang diajukan. Ia juga tak segan menjelaskan berbagai manfaat yang bisa diberikan Kospin Jasa kepada setiap calon anggota yang datang.
"Untuk memudahkan nasabah, kami menyediakan layanan ATM, dan juga layanan real time” kata Wawan di Jakarta, Jumat (9/6/2017).
Fasilitas yang diberikan Kospin Jasa pada nasabah memang terbilang berbeda untuk sebuah koperasi. Biasanya koperasi identik dengan layanan yang masih tradisional. Semua serba manual. Koperasi juga di cap dengan manajemen pembukuan kurang rapi dan rawan penyelewangan oleh pengurus.
Berbeda halnya dengan Kospin Jasa. Sejak didirikan tahun 1973 lembaga keuangan yang melayani segmen usaha mikro ini Kospin Jasa telah bereinkarnasi menjadi lembaga keuangan modern. Menerobos mitos membuktikan anggapan itu sepenuhnya keliru. Bahkan, pemerintah pada 2016 mempercayai lembaga ini sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR). Satu-satunya koperasi yang menyalurkan program KUR.
Andi Arslan Djunaid, Ketua Umum Kospin Jasa mengatakan, saat ini aset yang dikelola lembaganya telah mencapai Rp7 triliun lebih. Selain itu pihaknya memiliki 133 cabang yang tersebar di sepanjang pulau Jawa, Lampung dan Bali.
"Tahun lalu aset kami Rp7 triliun, di 2017 mudah-mudahan bisa tumbuh 20%," kata Andi, Sabtu (10/6/2017).
Dengan sumberdaya itu Kospin Jasa menopang kelancaran bisnis 18.375 orang anggotanya, sebagian besar merupakan pedagang, petani hingga pengelola usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Perubahan sistem yang dilakukan Kospin Jasa merupakan contoh awal baru bagi dunia perkoperasian tanah air. Hal ini didorong agar diikuti oleh koperasi lain di Indonesia. Saat ini terdapat 150.223 unit koperasi yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Anggota koperasi pun tak lagi didominasi kelompok usia tua tetapi juga kelompok usia muda.
Anggota koperasi yang muda cenderung berharap adanya perubahan sistem koperasi. Farida, salah seorang anggota koperasi simpan pinjam di daerah Depok misalnya. Ia mengaku agak kerepotan dengan pembayaran angsuran pinjaman di koperasi melalui sistem manual.
Masa Depan Bangsa
Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengatakan koperasi merupakan ujung tombak perekonomian nasional karena menyentuh lapisan masyarakat mengengah ke bawah.
Apalagi, menurut Puspayoga, koperasi merupakan lembaga yang mengutamakan kesejahteraan anggota.
"Hakekat pertumbuhan yang sebenarnya karena dinikmati secara bersama," katanya.
Menurut Puspayoga, sebagai sokoguru ekonomi bangsa, koperasi harus terus berbenah dan tidak boleh ketinggalan termasuk dalam membangun sistem informasi. Koperasi harus siap menghadapi tantangan ekonomi global dan digitalisasi dalam sistem keuangan.
Selain memudahkan dalam melayani anggota, pertumbuhan yang baik dari koperasi juga akan mendorong naiknya pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi mayoritas masyarakat Indonesia terlibat dalam kegiatan koperasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terbaru, total kontribusi koperasi terhadap pendapatan domestik bruto mencapai 23,27%. Ini terdiri dari 4,41% kontribusi kelembagaan koperasi, dan 18,96% kontribusi pelaku usaha yang juga anggota koperasi.
Puspayoga menuturkan, pemerintah berkomitmen kuat untuk terus membenahi koperasi. Setelah tahun lalu melakukan rehabilitasi yang akhirnya berdampak pada penutupan puluhan ribu koperasi karena hanya tertinggal plang namanya, saat ini peningkatan tata kelola akan dilanjutkan dengan melakukan reorientasi dan pengembangan koperasi.
"Tujuannya adalah membangun koperasi yang berkualitas. Jumlah koperasi tak perlu banyak, tapi berkualitas. Jumlah anggota koperasinya yang harus terus kita tingkatkan," katanya.