JAKARTA—Pemerintah optimistis momentum Ramadan dan Lebaran mampu mengangkat kinerja pertumbuhan industri. Kenaikan konsumsi masyarakat pada periode itu meningkatkan permintaan terhadap produk manufaktur.
“Momentum pertumbuhan industri di kuartal pertama terus kami jaga,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, belum lama ini.
Sektor industri yang menopang pertumbuhan industri pada kuartal kedua adalah industri makanan dan minuman. Pada kuartal I/2017, sektor industri tumbuh 8,15%.
Sektor industri lain yang bakal menopang pertumbuhan manufaktur adalah industri tekstil. Optimisme itu didasarkan pada tren kenaikan permintaan pakaian muslim pada periode Ramadan dan Lebaran.
Menurut Airlangga, siklus kenaikan permintaan itu juga tak menyebabkan inflasi pada tingkat yang berlebih. Pasalnya, pabrikan telah mengantisipasi dengan manajemen stok produk dengan baik.
“Konsumen tidak perlu khawatir dalam menyetok kebutuhan pokok selama puasa sampai Lebaran. Pelaku industri sudah mengantisipasi itu,” ujar Airlangga..
Sementara itu, Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin Harjanto menyatakan pabrikan domestik harus dapat bersaing dengan gempuran produk impor. Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri pengolahan berada di kisaran 5,1%—5,4% pada 2017.
Pemerintah membangun sistem informasi ketahanan industri untuk menjadi rujukan pelaku industri dalam memantau data kebijakan non-tariff dalam negeri.
Ikatan Sarjana Teknik dan Manajemen Industri mencatat beberapa permasalahan yang masih harus direspons regulator industri domestik. Beberapa di antaranya adalah harga energi yang perlu didesain lebih kompetitif dan peningkatan kandungan lokal.