Bisnis.com, JAKARTA - PT Asian Agri telah mengembangkan kemitraan di atas lahan perkebunan kelapa sawit seluas 23.771 hektare milik petani swadaya.
Luas itu berkembang sejak perusahaan milik Sukanto Tanoto itu merintis kemitraan dengan petani swadaya pada 2012. Lima tahun lalu, lahan petani swadaya yang masuk dalam kemitraan masih 2.791 ha.
Lahan itu tersebar di Sumatra Utara seluas 8.593 ha, Riau 6.859 ha, dan Jambi 8.319 ha pada 2017.
Seperti diketahui, petani swadaya berkontribusi 25% terhadap produksi minyak sawit (CPO) Asian Agri yang seluruhnya 1 juta ton.
Direktur Asian Agri Freddy Widjaya menjelaskan kemitraan dijalankan a.l. dengan menanam bibit kualitas terbaik dan mengelola praktik terbaik di atas lahan kelapa sawit milik petani.
Tim terbaik juga dikerahkan untuk mendampingi petani, termasuk tim riset dan pengembangan.
"Kalau kami membina mereka, kan membangun loyalitas mereka. Kami dapat suplai yang lebih terjamin," kata Freddy, Selasa (6/6/2017).
Asian Agri, lanjutnya, berkomitmen membeli sawit petani secara adil dan membayar tepat waktu.
Dalam catatan perusahaan grup Raja Garuda Emas itu, program kemitraan telah mengerek produktivitas, harga, dan pendapatan.
Produktivitas tandan buah segar (TBS) di kebun petani swadaya anggota KUD Amanah, Kecamatan Ukui, Pelalawan, Riau, misalnya naik dari 18 ton menjadi 21 ton per ha. Harga TBS pun naik dari Rp1.060 menjadi Rp1.378 per kg. Pendapatan mereka pun melompat dari Rp1,2 juta menjadi Rp1,9 juta per bulan per ha.
Luas lahan kemitraan Asian Agri dengan petani swadaya dan plasma saat ini 60.000 ha. Perusahaan menargetkan 100.000 ha kebun kemitraan pada 2020, sama dengan luas kebun inti perusahaan 100.000 ha.
"Targetnya jangka pendek 1:1. Setiap lahan yang dioperasikan perusahaan inti akan didampingi oleh satu hektare lahan kemitraan, bisa di plasma, bisa di swadaya," ujar Freddy.