Bisnis.com, JAKARTA—Produsen peledak komersial PT Dahana (Persero) menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 15% untuk tahun ini.
Pabrikan optimistis mencapai target itu lantaran permintaan dari sektor pertambangan mulai melonjak seiring perbaikan harga komoditas batubara.
Direktur Utama Dahana, Budi Antono menyatakan perseroan memasang target revenue menembus Rp1,5 triliun di tahun ini dari realisasi penjualan peledak tahun lalu mencapai Rp1,3 triliun.
“Target tahun ini masih on the track, proyeksi penjualan masih bergairah. Revenue sampai April sudah menembus Rp 800 miliaran karena demand explosives naik, karena harga batubara semakin bagus,” ujar Budi saat berbincang dengan Bisnis di kantornya, Senin (5/6).
Pemasukan Dahana ditopang dari penjualan dan jasa peledakan ke sektor pertambangan. “Orang kalau bicara peledak, itu seakan akan mikirnya sesuatu yang bahaya. Padahal peledak itu bukan cuma buat bikin alat militer, tapi kebutuhan komersial di pertambangan nilai marketnya bisa sampai Rp8 triliun.”
Kontribusi penjualan ke pertambangan mencapai 65% dari seluruh pemasukan perseroan. Pangsa pasar Dahana baru sebesar 14% dari pasar penjualan peledak di pertambangan domestik. “Marketshare kita di penjualan ke tambang 14%, berarti dari mining Dahana dapat sekitar Rp800 miliaran.”
Baca Juga
Sementara itu, peledak Dahana juga dijual untuk kebutuhan sektor quarry dan eksplorasi migas. Pangsa pasar penjualan Dahana di kedua sektor itu menembus 70%. “Tapi duit dari dua sektor ini relatif lebih kecil, masing masing Rp300 miliaran. Umumnya customer di kedua sektor itu tak mau produk yang mahal-mahal. Beda dengan di tambang umum, spesifikasi peledak sangat penting.” tambahnya.
Dahana menjual lima jenis produk peledak komersial, yaitu jenis Cartridge Emulsion, Shaped Charges, Dynamite Detonator, Seismic, dan Pentolite Booster. Produk yang disebutkan terakhir merupakan produk dengan permintaan paling tinggi bagi perseroan.
Pentolite Booster dengan merk Daya Prime merupakan dinamit yang umum digunakan sektor pertambangan. Produksi produk itu tahun lalu sebanyak 1,2 juta unit dari kapasitas terpasang sebesar 3 juta unit per tahun. Produk itu juga diekspor ke berbagai negara yang mengandalkan komoditas tambang seperti Filipina, Malaysia, dan Australia