Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menurunkan harga gas bagi industri.
Saat ini industri masih membayar harga gas yang tinggi. Unilever Oleochemical Indonesia misalnya membeli harga gas di atas US$10 per MMBtu.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono seusai bertemu EVP Unilever Indonesia Hemant Bakshi dan Governance and Corporate Affair Director Sancoyo Antarikso.
Sigit menyampaikan pemerintah sedang mengusahakan penurunan harga gas untuk bahan bakar pabrik oleochemical Unilever di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatra Utara. Pasalnya, meski telah satu tahun dioperasikan, pabrik oleochemical tersebut masih membeli gas dengan harga US$10,2 per MMBtu. Padahal, sektor oleochemical termasuk pada salah satu industri yang mendapat diskon harga gas menjadi US$6 per MMBtu.
“Ternyata setelah 7 bulan aturan tersebut belum berjalan. Kami sudah memberikan rekomendasi pada Kementerian ESDM,” jelas Sigit di Jakarta, Senin (5/6).
Menurut Sigit, industri oleochemical di Indonesia saat ini sudah sangat efisien sehingga pemerintah perlu mendukung melalui penyediaan gas murah. Apalagi, Unilever berniat membangun produk hilir di KI Sei Mangkei yang menggunakan oleochemical sebagai bahan baku.
Unilever Indonesia meresmikan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit untuk menghasilkan oleochemical, di KEK Sei Mangkei, senilai Rp2 triliun berkapasitas 200.000 ton per tahun pada tahun lalu. Pabrik ini dikelola oleh anak perusahana Unilever yaitu PT Unilever Oleochemical Indonesia.
Pembangunan pabrik oleochemical ini merupakan tonggak penting bagi Unilever dalam mencapai target perusahaan pada 2020, yakni menggunakan 100% minyak kelapa sawit dari sumber yang bersertifikasi dan dapat ditelusuri.
Unilever Oleochemical Indonesia memiliki kapasitas untuk mengolah hingga 200.000 ton per tahun bahan dasar kelapa sawit atau crude palm kernel oil (CPKO) menjadi fatty acid, glicerine dan soap noodle untuk nantinya digunakan dalam pembuatan produk-produk konsumen terutama sabun, sampo dan detergen. Perusahaan menargetkan sebanyak 85% dari produk tersebut akan diekspor.