Bisnis.com, JAKARTA—Ekspor produk farmasi menurun lantaran persaingan di pasar internasional semakin ketat. Produk China mendominasi pasar ekspor karena negara ini diuntungkan oleh struktur biaya dan bahan baku lebih murah.
Kendati demikian, Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia masih optimistis penjualan di pasar domestik pada tahun ini akan meningkat.
“Ekspornya tahun ini tetap naik, tapi mungkin tidak begitu besar,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia Dorojatun Sanusi kepada Bisnis, Selasa (30/5/2017).
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor farmasi selama periode Januari—April 2017 turun 2,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi US$176,3 juta. Adapun, nilai ekspor farmasi pada periode Januari—April tahun lalu mencapai US$181,6 juta.
Ekspor farmasi pada April 2017 turun 7,5% menjadi US$44,8 juta. Bulan sebelumnya, ekspor farmasi tercatat senilai US$48,5 juta. Selama 2016, ekspor farmasi mencapai US$566 juta, atau turun 3% year-on-year dibandingkan dengan 2015 senilai US$586 juta.
Dorojatun menyatakan industri farmasi tetap bisa memacu volume ekspor kendati pasar global masih belum terlalu menggembirakan. GP Farmasi memperkirakan ekspor farmasi tahun ini masih bisa tumbuh di kisaran 4-5%.
Menurutnya, produsen farmasi domestik secara umum ingin meningkatkan penetrasi ke pasar timur tengah karena permintaan produk farmasi di kawasan tersebut cukup potensial. Pasar ekspor utama produk farmasi asal Indonesia merupakan negara-negara di kawasan Asean.