Bisnis.com, JAKARTA - China International United Petroleum & Chemicals Co Ltd (Unipec), anak usaha Sinopec Corp., memenangi tender jasa olah minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak Indonesia.
Senior Vice President Integrated Supply Chain PT Pertamina Daniel Purba mengatakan Unipec memenangi tender yang dilakukan Pertamina untuk mengolah minyak mentah asal Irak.
Adapun, melalui kesepakatan olah minyak atau crude processing deal (CPD), Unipec akan mengolah 1 juta barel minyak mentah menjadi sekitar 1 juta barel produk dengan kadar oktan 88 (research octane number/RON) 88 per bulan.
Unipec mengolah minyak mentah dan mengirim hasil olahannya mulai Juli hingga Desember 2017. Dengan demikian, total produk yang diolah sebanyak 6 juta barel.
"Kita dealnya sama Unipec. Memang mereka yang meng-handle supply feedstock-nya dan juga olahan produknya. 1 juta barel setiap bulan," ujarnya di Jakarta pada Rabu (24/5/2017).
Menurutnya, Unipec merupakan perusahaan yang menawarkan harga yang paling menarik. Kendati lokasi kilangnya berada di China, dia menyebut harga yang didapat merupakan harga yang telah menghitung biaya transportasi. Dia menilai Unipec cukup tepercaya karena selama ini berkontribusi terhadap pasar di Asia Tenggara.
"Harganya lebih bagus, kilangnya banyak, di China juga banyak flowing gasoline mereka ya yang transit di Singapura kemudian masuk ke Indonesia. Jadi mereka perusahaan besar," kata Purba.
Seperti diketahui, CPD merupakan cara untuk melakukan pengadaan bahan bakar minyak guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Masih minimnya kapasitas kilang dalam negeri membuat Pertamina menyiasati cara untuk menekan impor produk.
Oleh karena itu, perseroan membawa minyak dari aset-aset di luar negeri juga yang dibeli dari luar negeri untuk diolah melalui program CPD.
Berdasarkan data Pertamina, untuk impor minyak mentah diperkirakan menyentuh angka 140 juta barel sepanjang 2017 atau lebih tinggi 5% dari realisasi impor di 2016 yakni 134 juta barel.
Adapun, 140 juta barel diperoleh dari beberapa lokasi seperti Arab Saudi dengan 39 juta barel, Afrika 18 juta barel, Asia mencakup Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam dengan volume 60 juta barel dan Mediterania 32 juta barel.
Untuk mengimbangi angka impor minyak mentah, ditargetkan pengadaan minyak dari dalam negeri dari bagian pemerintah, bagian perseroan juga bagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dengan volume 181,3 juta barel.
Sebaliknya, untuk jenis BBM premium, ditargetkan impornya mencapai 62 juta barel atau turun 16% dari realisasi 2016 yakni 73,7 juta barel.
Untuk jenis solar dengan kadar sulfur 0,3% dan 0,25% yang digunakan untuk sektor transportasi perseroan menargetkan pada 2016 masih diimpor 6 juta barel solar. Di sisi lain, khusus jenis solar dengan sulfur rendah dan fame pihaknya masih akan mengimpor 22,18 juta barel untuk memenuhi kebutuhan sektor pertambangan.
Naiknya komposisi impor minyak mentah dan pengadaan minyak domestik dikarenakan beroperasinya RFCC Cilacap dan TPPI.
Sementera, impor BBM naik dikarenakan kapasitas kilang dalam negeri masih belum menutupi kebutuhan di tahun ini yang diasumsikan tumbuh sebesar 3% hingga 4%.
Adapun, pada 2017 ditargetkan penjualan premium menyentuh angka 70,17 juta barel, pertamax 43,47 juta barel, pertalite 99,55 juta barel, solar 160,61 juta barel dan avtur 31,4 juta barel. Secara bertahap, impor produk akan berkurang dengan beroperasinya Kilang Balikpapan pada 2019.