Bisnis.com, JAKARTA- Setelah 20 tahun, peringkat Layak Investasi dari S&P akhirnya kembali diberikan kepada Indonesia, pasar pun meresponsnya.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta mengemukakan perbaikan kualitas fiskal serta kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel, menjadi cerita utama di balik kenaikan peringkat.
“Euforia di pasar keuangan tak terhindarkan dalam jangka pendek, tetapi situasi jauh berbeda ketika Moody’s dan Fitch memberikan peringkat Layak Investasi pada 2011-2012,” kata Rangga dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (22/5/2017).
Samuel Sekuritas Indonesia memangkas proyeksi yield SUN10 tahun dari 7,5% ke 7,0% di akhir 2017.
Realokasi APBN dari pos subsidi ke pos yang lebih produktif yang dibarengi oleh kebijakan kurs yang lebih fleksibel, ujarnya, menjadi latar belakang kenaikan peringkat.
Harga komoditas yang mulai meningkat semenjak tengah 2016 juga menambah sentimen positif, dengan membantu memangkas defisit neraca transaksi berjalan serta defisit fiskal.
Rangga mengemukakan selisih antara yield SUN10 tahun dan UST10 tahun, atau premium, telah turun dengan konfirmasi kenaikan peringkat S&P terhadap perbaikan fundamental ekonomi.
“Kami memperkirakan dari yang rerata 580bps di 2016, premium bisa turun ke kisaran 400-450bps (saat ini di 470bps),” kata Rangga.
Tetapi selepas euforia, tambahnya, arah yield SUN belum tentu turun melihat faktor lain seperti inflasi dan yield UST yang berada di tren naik. Stance BI juga cenderung hawkish saat ini.
“Jika kondisi fundamental membaik, ekspektasi kenaikan peringkat lanjutan oleh Moody’s dan Fitch yang telah memberikan positive outlook, bisa memangkas premium lebih lanjut lagi,” kata Rangga.
Respons pasar keuangan. Ketika Fitch dan Moody’s memberikan peringkat Layak Investasi, tren inflasi dan yield global sedang turun. Tetapi ketika isu pengetatan moneter AS dimulai di 2013, premium yang sempat turun ke 420bps naik ke atas 600bps.
“Saat ini kami masih melihat tren inflasi naik yang berlanjut dan pengetatan moneter the Fed yang semakin intensif - bahkan segera diikuti oleh negara maju lainnya,” kata Rangga.
Walaupun euforia, tambahnya, diperkirakan menekan yield SUN10 tahun hingga 6,5%-6,7%, tetapi di akhir tahun bisa kembali naik ke kisaran 7,0%. “Lebih rendah dari prediksi awal yang 7,5%.”