Bisnis.com, JAKARTA—Mesin manufaktur utama (core machinery orders) Jepang pada Maret tercatat tumbuh di bawah ekspektasi pasar.
Kantor Kabinet Jepang dalam laporannya menyebutkan, mesin manufaktur utama Jepang pada Maret hanya tumbuh 1,4% dari bulan sebelumnya. Secara year on year capaian pada Maret terekam turun 0,7%. Di sisi lain, perolehan pada periode tersebut juga berada di bawah survei yang dilakukan oleh Reuters kepada para ekonom, yakni 2,1%.
Seperti diketahui, mesin manufaktur utama merupakan indikator yang menghitung nilai permintaan barang dari sektor manufaktur tanpa memasukan sektor barang-barang yang untuk dijual. Data ini juga dianggap sebagai indikator utama belanja modal selama enam hingga sembilan bulan mendatang.
Kantor Kabinet Jepang menyebutkan, data terbaru mengenai Mesin manufaktur utamatersebut menunjukkan bahwa perusahaan di Jepang saat ini sedang berhati-hati untuk berinvestasi. Korporasi-korporasi tersebut mayoritas khawatir proteksi perdagangan AS di bawah kendali Presiden Donald Trump, bakal memukul perekonomian Jepang.
Akibatnya perusahaan-perusahaan Negeri Sakura berpeluang menunda belanja modal dalam beberapa bulan mendatang. Otoritas Jepang tersebut memperkirakan penurunan aktivitas belanja modal setidaknya akan tampak pada April-Juni 2017.
“Ketidakpastian dalam ekonomi global, kebijakan proteksi Trump dan situasi politik di Eropa, semuanya datang dalam waktu hampir bersamaan, yang membuat sejumlah indikator ekonomi Jepang melemah,” kata Takeshi Minami, Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute, seperti dikutip dari Reuters Rabu (17/5/2017).
Namun demikian, Minami menambahkan, jika perekonomian global terus menunjukkan pemulihan dan kepercayaan bisnis meningkat, pesanan untuk April-Juni mungkin tidak akan mengalami pelemahan yang parah.
Adapun, penopang utama data mesin manufaktur utama pada Maret lalu berasal dari naiknya pesanan dari sektor logam dan suku cadang non-logam.