Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah berharap investor Jepang di bidang energi dan sumber daya alam segera merealisasikan komitmennya di Tanah Air. Rencananya, Menteri ESDM Ignasius Jonan bertolak ke Jepang untuk menemui sejumlah investor tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan pihaknya akan bertemu dengan Inpex Corporation induk usaha dari Inpex Masela Limited, operator Blok Masela, untuk membicarakan proyek wilayah minyak dan gas bumi yang berlokasi di Laut Arafura, Maluku itu.
“Kami ingin menanyakan apa yang bisa kami bantu,” katanya di Jakarta, Rabu (10/5/2017).
Sejauh ini Inpex belum juga memulai kajian pra pendefinisian proyek (front end engineering design/FEED) Lapangan Abadi, Blok Masela.
Saat ini, ada dua opsi terkait dengan pengembangan blok migas yang 65% sahamnya dikuasai Inpex Corporation dan 35% oleh Shell tersebut.
Pertama, kapasitas kilang LNG 7,5 juta ton per tahun (MTPA) dan gas pipa 474 MMscfd. Kedua, kapasitas kilang LNG 9,5 MTPA dan gas pipa 150 MMscfd.
Pemerintah memberikan keleluasaan kepada Inpex untuk mengkaji kedua opsi tersebut. Sementara itu, Inpex Masela Limited, anak perusahaan Inpex Corporation, menginginkan opsi pertama karena belum ada kepastian industri yang berkomitmen membeli gas pipa dari Masela.
Pemerintah menginginkan agar dua skema itu dikaji dengan dua pilihan lokasi kilang LNG.
Sejak diubah dari kilang terapung menjadi kilang darat pada akhir Maret 2016, perkembangan proyek Masela belum signifikan. Bahkan, ketika Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berkunjung ke Indonesia pada Januari 2017, belum ada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan Inpex.
Inpex menguasai 100% saham Blok Masela pada November 1998 melalui penawaran terbuka yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian Inpex menggandeng Shell dengan kepemilikan saham 35% untuk mengembangkan Lapangan Abadi.