Bisnis.com, JAKARTA - Kontribusi sektor pertanian sebesar 7,29% dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuarta I 2017 sebesar 5,01%, patut diapresiasi.
Kontribusi hortikultura di sektor pertanian tumbuh 11% dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Kebutuhan benih nasional rata-rata 7.000 ton per tahun. Artinya, ada kebutuhan benih 1.750 ton kuartal. Kuartal I ini ada peningkatan sekitar 11% dibanding periode yang sama tahun lalu. Untuk tahun lalu tumbuh 10%," tutur Ketua Asosiasi Produsen Benih Hortikultura Indonesia (Hortindo) Afrizal Gindow, dihubungi pada Minggu (7/5).
Afrizal menjelaskan pertumbuhan ini didorong karena faktor iklim yang mendukung, dimana jumlah air cukup sehingga petani dapat menanam di tegalan 2-3 kali dalam setahun, dari sebelumnya hanya sekali setahun.
Faktor selanjutnya didorong harga sayuran dan buah-buah yang relatif tinggi, sehingga petani memiliki kemampuan daya beli yang lebih besar. Efek domino dari kemampuan daya beli yang meningkat, maka minat petani untuk menanam juga meningkat.
Meski demikian, yang perlu diwaspadai di kuartal II yakni menurunnya permintaan terhadap benih hingga 10%. Ini seiring dengan menurunnya aktivitas petani memasuki akhir Mei dan Juni bersamaan dengan puasa dan lebaran.
Baca Juga
Meski demikian, penurunan ini tidak separah ketika 2015 yang mencapai 20% karena cuaca kering dan daya beli menurun.
"Memang dugaannya tidak separah 2015, karena didukung faktor cuaca masih ada hujan dan kebijakan pemerintah menahan impor beberapa komoditas. Itu snagat nyata pengaruhnya terhadap tata niaga hortikultura dalam negeri," imbuhnya.
Asosiasi berharap pemerintah tidak melakukan impor khususnya pada komoditas cabai dan bawang merah yang juga menjadi perhatian pemerintah. Sebab, suplai dua komoditas tersebut berjalan baik.
Bahkan, Hortindo bersama Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia memprediksi harga cabai saat puasa dan lebaran, tak akan naik signifikan. Apalagi, beberapa daerah penyangga cabai nasional seperti Sumatera, kini sedang produksi.
"Kami meminta kebijakan tidak melakukan impor tetap dipertahankan. Itu yang sangat krusial," katanya.