Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan petani mencemaskan masalah akses modal dan tanah sehingga membuat penggarap lahan pertanian dan perkebunan belum sejahtera.
Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Alsy Hanu mengatakan saat ini petani masih kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank. Pasalnya, perbankan masih mengadopsi konsep konvensional yang mengharuskan setiap pinjaman harus disertai jaminan.
“Jaminan itu tentunya harus dengan surat-surat yang lengkap,” katanya melalui keterangan tertulis, Kamis (27/4/2017).
Selain itu, Mansuetus juga menyoroti keterbatasan akses petani atas tanah. Menurut dia, petani kian kesulitan menggarap lahan karena tanah-tanah di pedesaan sudah dikuasai oleh korporasi besar.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menambahkan kesenjangan penguasaan tanah antara perusahaan dan masyarakat sudah semakin jomplang. Saat ini, masyarakat hanya bisa menggarap 0,3 ha-0,5 ha tanah, sementara korporasi bisa menguasai jutaan hektare.
Henry mengatakan sektor perkebunan telah berkontribusi besar bagi Indonesia yang ditandai posisi negeri ini sebagai ekspotir komoditas. Namun, dia menilai fakta itu bukan sesuatu yang luar biasa karena sudah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda.
Ke depan, dia berharap petani dapat berperan sebagai pelak