Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan berakselerasi pada kuartal pertama seiring pulihnya ekspor yang mendukung investasi. Sementara itu, investasi konstruksi berekspansi sedangkan pertumbuhan konsumsi tetap tertahan.
Menurut laporan Bank of Korea (BoK), seperti dilaporkan Bloomberg (Kamis, 27/4/2017), produk domestik bruto (PDB) negara tersebut tumbuh 0,9% pada kuartal pertama tahun ini.
Angka tersebut lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang mencatatkan ekspansi 0,5% serta prediksi rata-rata para ekonom dengan pertumbuhan 0,8%.
Dibandingkan dengan setahun sebelumnya, ekonomi Korsel sepanjang Januari-Maret 2017 tumbuh 2,7% atau lebih besar dari prediksi penguatan sebesar 2,6%.
Menurut salah satu direktur BoK, Chung Kyu-il, data yang lebih baik dari perkiraan tersebut didorong oleh kinerja ekspor dan produksi yang baik, sehingga mendukung investasi fasilitas.
Kinerja ekspor yang tercatat dalam PDB meningkat 1,9% pada kuartal pertama dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, ketika turun 0,1%.
Baca Juga
Investasi fasilitas tumbuh 4,3% seiring kenaikan investasi konstruksi sebesar 5,3%. Konsumsi swasta naik 0,4%, sedangkan belanja pemerintah naik 0,5%.
“Ada perkiraan bahwa investasi konstruksi tidak akan begitu baik di kuartal pertama, namun cuaca yang mendukung beserta implementasi anggaran pemerintah menopang konstruksi,” lanjut Chung.
Tanda-tanda positif bagi perekonomian menjadi lebih jelas, kurang dari dua pekan sebelum warga Korsel menggunakan hak suaranya untuk memilih presiden baru. Bank sentral Korsel dan Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi mereka untuk pertumbuhan negara tersebut tahun ini.
Menteri Keuangan Yoo Il-ho mengatakan bahwa ekspansi dapat melampaui proyeksi pemerintah sebesar 2,6%. Kinerja ekspor pun diperkirakan akan meningkat untuk bulan keenam di bulan April, dan sentimen konsumen telah pulih mendekati tingkat yang terlihat sebelum skandal politik di negara tersebut meletus akhir tahun lalu.
Meski demikian, masih terdapat tekanan atas ketidakpastian seputar kebijakan Amerika Serikat (AS) serta ketegangan dengan China mengenai sistem pertahanan rudal AS. Penurunan jumlah turis China ke Korea berikut dampak dari hal ini terhadap belanja terkait pariwisata dapat memberi tekanan pada pertumbuhan di kuartal kedua.
“Perekonomian akan terus membaik, namun lajunya akan lebih lambat dari kuartal pertama karena ekspor tidak mungkin membukukan pertumbuhan setinggi itu setelah efek dasar menghilang, sementara permintaan domestik tetap lemah,” ujar Kim Doo-un, ekonom Hana Financial Investment di Seoul.