Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Minyak & BBM RI Bakal Terus Meningkat

Impor minyak mentah dan bahan bakar minyak Indonesia diproyeksikan bakal terus membengkak seiring dengan kenaikan konsumsi yang tidak diiringi dengan peningkatan produksi minyak dan gas bumi di dalam negeri.
Petugas mengisikan BBM, di sebuah SPBU./JIBI-Nurul Hidayat
Petugas mengisikan BBM, di sebuah SPBU./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Impor minyak mentah dan bahan bakar minyak Indonesia diproyeksikan bakal terus membengkak seiring dengan kenaikan konsumsi yang tidak diiringi dengan peningkatan produksi minyak dan gas bumi di dalam negeri.

Indonesia akan mengimpor lebih banyak minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa industri hulu.

Ketua Ikatan Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Tutuka Ariadji mengatakan, industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih strategis. Tanpa adanya industri hulu minyak dan gas bumi, volume impor akan semakin besar karena produksi dari dalam negeri relatif stagnasi.

Menurutnya, tingkat produksi minyak menunjukkan tren terus turun sebaliknya konsumsi justru terus naik. Sebagai gambaran, data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan produksi siap jual atau lifting minyak pada 2018 akan turun ke level 769.795 barel per hari (bph). Produksi minyak akan terus menurun menjadi 723.477 bph pada 2019, 677.728 bph pada 2020 dan menyentuh angka 639.640 bph pada 2021.

BP Statistical Review pun mencatat tren konsumsi bahan bakar minyak yang terkerek naik. Pada 2005, konsumsi BBM berada di level 1,3 juta bph. Lima tahun kemudian yakni pada 2010, konsumsi naik ke level 1,4 juta bph dan naik ke 1,6 juta bph di 2015.

Berdasarkan data PT Pertamina (Persero), untuk impor minyak mentah diperkirakan menyentuh angka 140 juta barel sepanjang 2017 atau lebih tinggi 5% dari realisasi impor 2016 sebanyak 134 juta barel. Impor minyak itu didatangkan dari beberapa negara seperti Arab Saudi 39 juta barel, Afrika 18 juta barel, Asia mencakup Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam dengan volume 60 juta barel dan Mediterania sebesar 32 juta barel.

Untuk mengimbangi angka impor minyak mentah, pihaknya pun mematok target pengadaan minyak dari dalam negeri dari bagian pemerintah, bagian perseroan juga bagian kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dengan volume 181,3 juta barel. Sebaliknya, impor Premium ditargetkan 62 juta barel atau turun 16% dari realisasi 2016 yakni 73,7 juta barel.

Untuk jenis solar dengan kadar sulfur 0,3% dan 0,25% yang digunakan untuk sektor transportasi perseroan menargetkan  pada 2016 masih diimpor 6 juta barel solar. Di sisi lain, khusus jenis solar dengan sulfur rendah dan fame pihaknya masih akan mengimpor 22,18 juta barel untuk memenuhi kebutuhan sektor pertambangan.

"Tidak mungkin [tanpa industri hulu]. Konsumsi naik terus, produksi turun terus," aujarnya dalam acara diskusi Potret Indonesia Tanpa Industri Hulu Migas di Jakarta, Rabu (26/4/2017).

Lebih lanjut, dia menyebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi membutuhkan sektor pendorong yakni energi yang akan menggerakkan kelistrikan. Dia memperkirakan dengan pengembangan proyek gas seperti Kasuri, Masela dan Tangguh Train III, produk domestik bruto (PDB) bisa naik 20% yang bertumpu pada akses listrik. Adapun, kebutuhan listrik bisa dipenuhi dengana ketersediaan gas dari lapangan gas tersebut.

"Di Indonesia bagian timur, bisa naik produk domestik brutonya sampai 20%. Kalau tidak ada listrik, tidak mungkin bisa," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper