Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KKP Gandeng BPPT Kembangkan Teknologi Genetika Ikan

Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk mengembangkan teknologi di bidang genetika.
Ikan Nila Salina/budidaya-ikan.com
Ikan Nila Salina/budidaya-ikan.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi di bidang genetika.

Kerja sama lainnya meliputi pengembangan hormon rekombinan, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, dan pengembangan teknologi nutrisi (pakan).

Salah satu contoh kerja sama pengembangan komoditas budidaya yang adaptif adalah pengembangan ikan nila salina yang telah memberikan manfaat dalam menopang produksi perikanan nasional.

Karakteristik keunggulan nila salina yang dapat dibesarkan di keramba jaring apung (KJA) laut dan tambak berkisar pada salinitas 27–35 part per thousands (ppt).

Pertumbuhan dan efesiensi pakan yang baik menyebabkan produksi ikan ini sangat potensial digenjot. Nila salina dapat mencapai berat 340 gram per ekor selama pemeliharaan 3,5 bulan dengan food conversion ratio (FCR) pada kisaran antara 1,46 -1,56 dan kelangsungan hidup di atas 85%.

"Hal ini memberikan peluang tersendiri karena sebelumnya nila hanya dikenal dibudidayakan di air tawar. Sebelumnya juga pernah dilakukan kerjasama dalam hal pengembangan induk unggul ikan kerapu tikus, di mana hasilnya telah memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi ikan kerapu nasional," kata Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam siaran pers, Jumat (21/4/2017).

Menurut dia, kerja sama ini nantinya tidak hanya terfokus pada pengembangan ikan nila salina dan kerapu, tetapi juga mendorong komoditas potensial lainnya, seperti udang galah, terutama dalam pengembangan sex reversal pada udang galah jantan untuk menghasilkan udang galah betina (neofemale) menggunakan (makrobrachium insulin like Androgen Gland).

Udang galah noefemale ini diharapkan memiliki performa pertumbuhan lebih baik.

"Pengembangan udang galah yang secara teknis dapat dikembangkan secara tumpang sari dengan padi atau dengan istilah ugadi, sangat sejalan dengan upaya pemerintah dalam menopang ketahanan pangan nasional saat ini," kata Slamet.

Hingga 2019, tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia diproyeksikan lebih dari 50 kg per kapita. Artinya, untuk mencukupi kebutuhan tersebu, dibutuhkan suplai setidaknya sebanyak 14,6 juta ton ikan konsumsi. Bukan tidak mungkin suplai tersebut diprediksi akan banyak tergantung pada produk ikan hasil budidaya, yakni sekitar 60% dari total kebutuhan.

Sebagai gambaran, produksi perikanan budidaya 2016 sebanyak 4,98 juta ton (angka sementara).

Dengan begitu pada 2019, diperkirakan masih ada kekurangan suplai ikan yang harus terpenuhi sebanyak 9,62 juta ton, yang mana subsetor perikanan budidaya paling tidak harus mampu menyumbang kebutuhan sebesar 5,8 juta ton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper