Bisnis.com, JAKARTA — Star Energy merampungkan proses akuisisi Wilayah Kerja Panas Bumi Salak dan Darajat yang sebelumnya dilelang oleh Chevron.
Dalam laman resminya, President EGCO Group Chanin Chaonirattisai mengatakan, transfer saham sebesar 20,07% melalui kepemilikan secara tidak langsung telah diselesaikan. EGCO yang berafiliasi dengan Star Energy menyebut dua proyek panas bumi itu memiliki kapasitas masing 402 megawatt (MW) dan 235 MW yang telah mengamankan pasokan kepada PT Pertamina (Persero).
Konsorsium Star Energy untuk pembelian PLTP yang dikelola Chevron terdiri atas Star Energy Group Holdings, Star Energy Geothermal, AC Energy, Ayala Group di Filipina, dan EGCO dari Thailand. Adapun, nilai akuisisi ketiga aset tersebut diperkirakan mencapai US$2,3 miliar atau setara Rp31 triliun.
“Afiliasi Grup EGCO, Star Energy Group Holdings Pte.Ltd, dan AC Energy Holding, Inc, mentransfer saham secara komplet di PLTP Salak dan Darajat,” ujarnya, Kamis (20/4).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, PLTP Gunung Salak memiliki kapasitas 377 MW dan Darajat sebesar 270 MW. Sebelumnya Star Energy, sudah mengelola PLTP Wayang Windu dengan kapasitas 287 MW.
Dengan begitu, masuknya aset baru dan Wayang Windu yang telah dioperasikan, total kapasitas PLTP yang dikelola Star Energy menjadi 934 MW atau terbesar di Indonesia. Konsorsium Star Energy pada 31 Maret 2017 telah menyelesaikan pembelian dua aset PLTP Chevron yakni Gunung Salak dan Darajat.