Bisnis.com, JAKARTA – Dengan pemilihan teknologi yang tepat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla menjadi proyek pembangkit Energi Terbarukan (EBT) yang paling efisien di Indonesia. Hal tersebut mengalahkan PLTP Drajat, PLTP Kamojang, dan PLTP Wayang Windu. PLTP Sarulla sangat efisien dalam memanfaatkan uap dan produk uap (brine) melalui penggunaan tiga metode pembangkitan, yaitu condensing, bottomic, dan binary atau yang disebut dengan teknologi combine cycle. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, dalam situs resmi Kementerian, Sabtu (1/4).
Menurut Jonan, di PLTP Sarulla sisa buangan uap panas bumi dapat diolah kembali menjadi tambahan kapasitas energi listrik, sehingga sangat efisien. "Ini pembangkit tenaga listrik panas bumi yang menggunakan sistem combine cycle. Jadi menggunakan binary technology sehingga sisa buangan uapnya itu diolah lagi untuk menjadi tambahan kapasitas listrik," ujarnya.
Ini merupakan penggunaan teknologi baru, di mana pada PLTP sebelumnya tidak ada. Dengan penggunaan teknologi ini, tidak terlalu banyak uap yang keluar, bahkan hampir tidak ada. "Kalau di teknologi lama, itu tidak ada (combine cycle). Makanya kalau di PLTP lama, misal Kamojang atau Drajat, atau Salak, juga di Lahendong itu kan asapnya banyak, uap panas buminya banyak. Nah di sini, uapnya hampir tidak ada uap putihnya. Mereka absorb kembali buat menjadi tambahan tenaga listrik," jelas Jonan.
Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM sebelumnya mengatakan bahwa uap sumur yang dimanfaatkan untuk PLTP Sarulla hanya 65 megawatt (MW) namun dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas terpasang 110 MW.
"PLTP Sarulla memang paling efisien, beda dengan beberapa PLTP lainnya seperti PLTP Kamojang, PLTP Darajat, atau Wayang Windu yang hanya menggunakan satu metode, yaitu condensing. Dengan metode ini, uap yang tersedia harus lebih besar. Misalnya, untuk menghasilkan listrik 110 MW dibutuhkan uap dari sumur sebesar 130 MW," ujar Yunus di Jakarta, beberapa waktu lalu.
PLTP Sarulla rencana dikembangkan di dua lokasi, yaitu di proyek Silangkitang (SIL) dengan kapasitas terpasang 1x110 MW (Unit 1) dan proyek Namora-I-Langit (NIL) dengan kapasitas terpasang 2x110 MW (Unit 2 dan 3).
PLTP Sarulla Unit 1 telah beroperasi (Commercial Operation Date/COD) pada 18 Maret 2017 lalu. Unit ke-2 PLTP Sarulla dijadwalkan COD pada semester kedua tahun ini. Sementara untuk Unit ke 3, ditargetkan COD pada Mei 2018.
"Kami sedang usulkan kepada Bapak Presiden kalau sekiranya beliau berkenan, bisa beliau meresmikan PLTP Sarulla ini. Ada dua opsi. Kalau dari Sarulla usul Mei, tapi kalau misal Presiden berhalangan, opsi kedua yaitu sambil menunggu COD yg tambahan 110 MW lagi. Itu perkiraan di bulan September. Presiden kan sangat dorong penggunaan panas bumi untuk pembangkit listrik,"
"Bila semuanya berjalan sesuai rencana, kapasitas pengembangan PLTP Sarulla (Unit 1, 2 dan 3) sebesar 3x110 MW," tutup Jonan.