Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia ingin lebih banyak anak-anak muda Indonesia menjadi wirausaha besar.
Hari ini, Senin (27/3/2017), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menggelar rapat kerja nasional (rakernas) XVI di Jakarta. Presiden Joko Widodo membuka rakernas tersebut. Presiden datang ke Ritz Carlton, tempat rakernas digelar, pagi tadi mengenakan seragam batik Hipmi.
"Jarang sekali kita lihat Bapak Presiden gunakan batik seragam. Tapi, dengan gunakan batik HIPMI ini menunjukkan bahwa Jokowi begitu fokus pada dunia usaha," seloroh Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia di depan Presiden dan para tamu undangan, Senin (27/3/2017).
Mendengar kalimat tersebut, Presiden melempar senyum. Tidak puas, Bahlil melontarkan kelakar lagi. Kali ini ditujukan ke Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang duduk sejajar dengan Presiden.
"Tadi Pak Enggar berdiri ketika menyanyikan lagu Hipmi. Ini bukti bahwa Pak Enggar besar politik, tapi berasal dari Hipmi," ucap Bahlil.
Rakernas Hipmi tahun ini mengambil tema Revolusi Ekonomi yang Berkeadilan dan Berkelanjutan. Bahlil mengatakan tema tersebut diambil karena berhubungan dengan revolusi mental yang digaungkan Presiden Joko Widodo. Jika sebelumnya revolusi mental hanyalah slogan, saat ini revolusi mental sudah membuahkan hasil.
Menurut Bahlil, revolusi ekonomi sebagai bagian dari revolusi mental telah terwujud, dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada 2016 yang mencapai 5,02% dan inflasi yang terkendali di level 3,02%. Pertumbuhan ekonomi ini terbilang fantastis dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.
"Semua pengurus Hipmi mengapresiasi dan mengakui hanya presiden saat ini sejak Indonesia merdeka yang berani menggelontorkan dana hingga ratusan triliun untuk bangun infrastruktur. Ini karena presidennya pengusaha dan kader Hipmi," ujar Bahlil disambut tawa Presiden dan tamu undangan.
Dikatakan, penting membangun jiwa kewirausahaan sejak dini. Maka itu, Hipmi meluncurkan gerakan Hipmi Goes to School. Bahlil ingin jumlah pengusaha di Indonesia bertambah, tidak sekadar didominasi pengusaha yang itu-itu saja.
"Pengusaha ada dua. Pertama, by nasab, kedua by nasib. Kalau by nasab itu melanjutkan usaha keluarga. Tapi kita butuh by design yang merupakan perpaduan by nasab dan by nasib, sehingga para pelajar kita didik tidak hanya sebagai pekerja, tapi sebagai pengusaha," ucapnya.
Dia juga ingin agar pengusaha muda dapat mengembangkan usahanya lebih lanjut sehingga dapat menjadi pengusaha besar.
"Pelaku ekonomi kita semakin hari semakin banyak. Kesebelasan politik sudah ada gantinya, tapi kalau pengusaha belum. Padahal, kita anak muda juga ingin jadi pemain inti."